Tekun dan Bersemangat dalam Keseharian

Kita harus bersyukur karena topan Goni telah mengarah ke timur laut. Sesungguhnya topan Goni membawa berkah bagi Hualien karena beberapa waktu lalu, Hualien mengalami krisis air. Para petani juga tengah mengkhawatirkan musim tanam berikutnya. Namun topan kali ini membawa curah hujan yang tinggi bagi wilayah timur Taiwan. Meski awalnya setiap orang sangat khawatir, tetapi topan Goni justru membawa hujan yang bermanfaat bagi musim tanam berikutnya. Karena itu, kita harus sangat bersyukur. Namun, kita harus tetap mawas diri dan berhati tulus karena hari ini dan besok tetap akan turun hujan lebat, terutama di wilayah utara Taiwan. Saya sangat mengkhawatirkan wilayah Guishan Li dan Wulai yang baru saja dibersihkan. Lingkungan di dalam rumah warga masih belum benar-benar kering, tetapi mereka harus kembali mengkhawatirkan topan Goni. Karena itu, mereka segera menyiapkan kantong pasir dan melakukan antisipasi sebaik mungkin.

Ya, selama hari ini dan besok, kita harus bersiap-siap menghadapi hujan lebat. Saya berharap setiap orang dapat meningkatkan kewaspadaan, karena topan Soudelor yang menerjang sebelumnya mengakibatkan banyak rumah di sekitar Sungai Xindian tergenang banjir. Pascatopan, warga berangsur-angsur pulang untuk membersihkan rumah mereka. Banyak rumah warga yang sudah kembali bersih. Namun, ada warga yang perabotan rumahnya rusak dan tak dapat digunakan lagi, karena itu Tzu Chi memberikan mereka bantuan berupa tempat tidur lipat. “Akhirnya kami punya ranjang untuk tidur. Sungguh ini luar biasa. Tidur di atas lantai terasa sangat dingin, akan tetapi saya sangat gembira karena akhirnya memiliki ranjang untuk tidur. Tidur di lantai membuat tulang terasa sakit dan bisa menyebabkan rematik. Tidur di atas ranjang akan terasa lebih nyaman.

Bantuan tempat tidur lipat ini memberi kenyamanan pada warga, karena itu, mereka sangat menghargainya. Dua hari ini, relawan kita kembali ke sana untuk memberi bantuan lanjutan bagi para korban topan Soudelor. Kita juga melihat lebih dari 1.000 orang di Tainan yang terjangkit penyakit demam berdarah. Karena itu, kita harus mawas diri dan berhati tulus terhadap setiap orang dan setiap hal, kita jangan pernah menganggap remeh. Selain itu, kita juga harus menjaga kebersihan lingkungan sebaik mungkin. Pascatopan, di wilayah perkotaan dan tempat-tempat umum lainnya, banyak terdapat ranting pohon yang berserakan di jalan. Semua itu harus segera kita bersihkan. Jika tidak, karena tingkat kelembaban yang tinggi, nyamuk dan serangga lainnya akan berkembang biak di dalam plastik dan lain-lain. Jadi, area tempat umum dan sekolah harus segera dibersihkan.

 Ada pula orang yang meminta bantuan kepada Tzu Chi, kemudian insan Tzu Chi juga segera bergerak untuk membantu. Ada relawan yang mengajukan izin kerja, ada pula yang menutup tokonya. Semua relawan Tzu Chi bekerja sama untuk membersihkan taman bermain ini. Kita juga membantu membersihkan sebuah gedung sekolah dasar tanpa diminta. Relawan kita berinisiatif untuk membersihkan sekolah itu, dan alumni Sekolah Menengah Atas Tzu Chi juga ikut membantu. Kini kita harus segera membersihkannya agar saat anak-anak kembali ke sekolah, kemungkinan mereka digigit nyamuk akan lebih rendah.

Inilah yang dibutuhkan masyarakat. Tanpa membeda-bedakan usia, setiap orang bekerja sama dengan penuh kesungguhan hati dan cinta kasih untuk menjaga kesehatan masyarakat. Nyamuk terbang kesana-kemari dan menggigit orang-orang tanpa membedakan komunitas. Langkah-langkah pencegahan ini hendaknya dilakukan oleh semua orang di masyarakat. Melihat para Bodhisatwa dunia menjadi guru yang tak diundang serta berusaha segenap hati dan tenaga untuk membantu, saya sungguh bersyukur.

Kita juga melihat Relawan Dong-hua yang tinggal di Zhanghua. Dia sudah melakukan daur ulang selama lebih dari 20 tahun, dan dia mulai melakukannya sejak berusia 60-an tahun. Kini dia sudah berusia 88 tahun. Meski berjalan dengan menggunakan tongkat, dia tetap ingin melakukan daur ulang. Anak-anaknya juga menasihatinya agar berhenti melakukan daur ulang. Namun, dia berkata, “Selain berjalan dengan menggunakan tongkat saya juga bisa mengayuh sepeda roda tiga.” Dia sangat bersemangat dan tekun. “Harapan saya adalah mengikuti jejak Master untuk berkontribusi. Saya berharap anak dan cucu saya dapat memiliki pencapaian dalam hidup. Saya juga berkata kepada tetangga saya bahwa saya akan terus bekerja hingga akhir hayat. Jadi jika Anda meminta saya untuk berhenti, saya juga tidak tega. Saya akan terus bekerja hingga tubuh saya tak berfungsi lagi,” terangnya.

Setelah melihat semangatnya, apakah kita masih akan mencari alasan untuk diri sendiri? Batin yang kaya akan mendatangkan kebahagiaan dan kekuatan yang besar. Asalkan bersedia untuk bersumbangsih dan membantu sesama, bagaimana mungkin kita tak memiliki tenaga yang cukup? Lihatlah, selain berjalan dengan bantuan dua tongkat, dia juga dapat mengayuh sepeda beroda tiga. Dia bahkan sanggup untuk mengayuh di jalan yang menanjak. Dia pergi ke desa untuk mengambil dana amal sekaligus mengumpulkan barang daur ulang. Lihatlah semangatnya, dia sungguh patut dihormati dan dikasihi. Dia sungguh mengagumkan.

Relawan Xu Ji-bin dan istrinya di Tainan, Taiwan juga membuat orang merasa tersentuh. Setiap hari, pasangan suami-istri ini sudah berangkat dari rumah sebelum matahari terbit tanpa memedulikan terpaan angin dan hujan. Relawan Xu berusia 80 tahun, sedangkan istrinya berusia 76 tahun. Mereka bersumbangsih dengan penuh sukacita. Selain itu, mereka menganggap bahwa tujuan mereka bersumbangsih adalah demi generasi penerus. “Melakukan daur ulang di wilayah pegunungan memang sangat sulit, namun kami harus tetap pergi mencari dan mengumpulkannya. Meski hanya ada beberapa keluarga di sini, kami harus tetap datang mengumpulkannya. Kami harus menginspirasi warga di komunitas untuk melakukan daur ulang. Kami akan melakukannya hingga tak sanggup lagi. Selama masih sanggup, kami akan melakukannya,” kata Xu Ji-bin, “dalam waktu satu minggu saja, kami dapat mengumpulkan banyak barang daur ulang. Jika dibiarkan selama setahun, kemana barang-barang daur ulang itu harus ditumpuk? Jika sekarang kita tak melindungi Bumi maka generasi penerus kita akan dalam masalah. Seperti cuaca sekarang yang sangat panas.”

Lihatlah, dari sebelum matahari terbit, mereka terus bekerja hingga matahari terbenam. Mereka berpacu dengan waktu. Relawan kita juga berkunjung ke setiap toko untuk mengumpulkan plastik. Setiap kali mendengar suara relawan kita, para pemilik toko segera bersiap-siap untuk membawa plastik mereka keluar. Mereka juga sangat berterima kasih. Mereka berkata bahwa jika tidak ada relawan Tzu Chi, mereka tidak tahu bagaimana menangani sampah-sampah plastik itu. Lihatlah, yang ditakutkan adalah orang-orang enggan bergerak untuk melakukan daur ulang. Orang-orang hanya ingin menikmati hidup dan membuang sampah sembarangan. Jika ada banyak orang seperti ini maka sampah-sampah plastik itu akan terkubur di dalam tanah dan tak terurai hingga ribuan tahun. Itu dapat membuat bumi tak dapat bernapas. Bayangkan, jika demikian bagaimana kita dapat bertahan hidup?. Singkat kata, pikiran sungguh adalah pelopor dari segala sesuatu. Karena itu, kita harus mawas diri dan berhati tulus. Kita harus memiliki rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih, serta menerapkan Dharma dalam kehidupan sehari-hari.

 Bersyukur atas ketenteraman yang dimiliki

Mengantisipasi curah hujan tinggi yang dibawa oleh topan Goni

Bekerja sama untuk membersihkan lingkungan

Senantiasa tekun dan bersemangat untuk berpacu dengan waktu

 Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 23 Agustus 2015
Kebahagiaan berasal dari kegembiraan yang dirasakan oleh hati, bukan dari kenikmatan yang dirasakan oleh jasmani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -