Tidak Gentar Menghadapi Kesulitan dalam Menjalankan Ikrar Agung

Kita bisa melihat tanah longsor yang parah di Peru. Akibat kerusakan hutan, begitu turun hujan deras, terjadilah tanah longsor. Bencana ini telah menelan korban jiwa serta merusak pedesaan dan tempat tinggal para warga. Jika manusia merusak alam, maka inilah konsekuensi yang harus diterima. Di wilayah utara Cile, kini banjir besar telah menggenangi seluruh jalan. Sementara itu, di wilayah selatan Cile terus terjadi kebakaran hutan. Lahan yang terbakar mencapai 6.000 hektare. Kondisi iklim yang tidak bersahabat telah menimbulkan bencana alam. Ini membuat orang merasa sangat sedih.

Kita juga bisa melihat demi memburu gading, para pemburu membantai gajah. Membantai hewan seperti ini merupakan tindakan yang kejam. Sungguh, baik hutan maupun hewan, semuanya harus kita lindungi. Hutan merupakan rumah bagi hewan-hewan. Janganlah kita merusak hutan. Selain itu, kita juga harus berusaha untuk melindungi hewan. Segala sesuatu di dunia ini memiliki timbal balik. Jika manusia mengasihi hewan, maka hutan juga dapat melindungi manusia karena dapat menjaga konservasi tanah dan air. Jika siklus ini terus berputar dengan lancar, maka unsur tanah, air, api, dan angin akan selaras. Jika kita dapat melindungi alam dengan baik, maka secara alami empat unsur alam akan selaras.

Pemandangan yang terlihat di Sudan Selatan lewat laporan berita juga membuat orang merasa tidak tega. Negara ini merdeka pada tahun 2011. Kini, negara tersebut dilanda perang saudara. Sebanyak 2 juta warga kehilangan tempat tinggal. Namun, kita bisa melihat PBB memberikan bantuan bahan pangan bagi mereka. Kini kita bisa melihat pembagian bahan pangan telah dilakukan di sana. Namun, ini bisa bertahan berapa lama? Para warga yang kehilangan tempat tinggal harus tinggal di mana? Sesungguhnya, jika pikiran manusia selaras dan kondisi iklim setempat bersahabat, maka kehidupan mereka tidak akan begitu menderita. Ini sungguh membuat orang merasa tidak tega. Bagaimana kita bisa menolong mereka?

Kita juga bisa melihat antarmanusia saling membantu. Di Provinsi Chiang Rai, Thailand Utara, terjadi korsleting di sebuah desa yang menyebabkan kebakaran dan menghanguskan belasan unit rumah warga. Para guru dari Sekolah Tzu Chi Chiang Mai menempuh jarak sejauh lebih dari 120 km dengan membawa barang kebutuhan sehari-hari untuk dibagikan kepada para korban bencana. Ini merupakan interaksi yang penuh cinta kasih. Semoga para korban bencana dapat segera memulihkan sendi kehidupan mereka. Kita juga bisa melihat di Caotun, insan Tzu Chi bersungguh hati untuk membantu orang tua tunggal menjaga anak-anak dan membimbing mereka dalam belajar. Keluarga seperti ini juga membutuhkan pendampingan jangka panjang. Ini semua merupakan akumulasi cinta kasih.

Sungguh, kehidupan kita seharusnya seperti ini. Kita tidak takut adanya penderitaan, hanya takut dunia ini kekurangan cinta kasih. Kita hanya takut dunia ini kekurangan cinta kasih dan antarmanusia tidak saling peduli. Setiap orang harus membangkitkan cinta kasih untuk saling menyemangati dan saling membantu. Ini semua demi kebaikan masyarakat. Kita juga bisa melihat sebuah tempat kursus di Pingtung yang dikelola oleh insan Tzu Chi, Xiu-lan. “Sebelumnya saya bekerja di bidang akuntansi. Setelah pensiun saya melakukan pekerjaan ini (pelestarian lingkungan). Rekan saya lalu berkata kepada saya, ‘Mengapa kamu mau menjadi petugas kebersihan? Kamu memiliki kemampuan yang tinggi. Mengapa malah memilih pekerjaan ini?’ Saya berkata bahwa saya merasa pekerjaan ini membuat saya dapat merendahkan hati. Inilah yang Master ajarkan kepada kita,” ujarnya.

“Gaji bulanan di sini kurang lebih 12.000 dolar NT. Dengan pendapatan tambahan ini, saya dapat bersumbangsih lebih banyak bagi anak-anak di tempat kursus. Saya menyiapkan makan siang dan makanan ringan. Kebetulan saya bergabung dalam tim survei kasus. Jika bertemu anak dengan orang tua tunggal atau yang dijaga oleh nenek dan kakeknya, saya akan melakukan evaluasi. Jika mereka membutuhkan, maka saya akan meminta mereka untuk les di sini,” ucapnya. Dia menganggap anak-anak itu bagaikan anaknya sendiri. Dia mengajak mereka ke tempat kursus untuk menjaga mereka, membimbing mereka, dan lain-lain. Akumulasi cinta kasih telah mengurangi masalah pendidikan masyarakat dan masalah remaja. Ini semua berkat cinta kasih.

“Waktu kami juga terbatas. Namun, kami akan mengerahkan segenap hati dan tenaga. Saat anak-anak datang, kami juga menjelaskannya kepada mereka. Saya merasa usaha kami telah membuahkan hasil. Sesungguhnya, saya sangat mengkhawatirkan anak-anak ini. Di luar, tidak ada yang memantau mereka. Sesungguhnya, saya khawatir mereka berjalan menyimpang,” tambahnya. Para relawan telah membangkitkan tekad dan ikrar agung untuk jangka waktu yang panjang. Meski menghadapi berbagai kesulitan, mereka tetap maju selangkah demi selangkah. Saya berharap ada lebih banyak orang yang memiliki kesatuan tekad untuk membantu. Ini semua bisa dilakukan berkat akumulasi kekuatan cinta kasih. Masalah seorang anak juga merupakan masalah bagi masyarakat.

Selama belasan tahun ini, kita telah melihat banyak keluarga kurang mampu yang anak-anaknya tidak dijaga dan dibimbing dengan baik. Sesungguhnya, berapa banyak anak yang telah dibimbing dan dijaga oleh relawan kita? Kita menyediakan makanan bagi mereka dan membimbing mereka belajar. Bagi anak-anak yang pandangannya menyimpang, kita juga berusaha membimbing mereka. Ini semua merupakan sumbangsih tanpa pamrih. Xiu-lan menjadikan rumahnya sebagai tempat kursus dan bersumbangsih tanpa pamrih. Ini sungguh membuat orang sangat tersentuh. Ada juga seorang murid yang mengungkapkan rasa terima kasihnya. “Terlebih dahulu, saya ingin memeluk Bibi Xiu-lan. Saya hampir saja menempuh jalan yang salah. Jadi, terima kasih”.

Tentu saja, terhadap para penerima bantuan, kita bukan hanya membantu memenuhi kebutuhan hidup mereka, tetapi juga membimbing anak-anak mereka. Ini semua merupakan kekuatan cinta kasih. Dengan cinta kasih yang tulus, para relawan menjangkau tempat orang-orang yang membutuhkan bantuan untuk bersumbangsih. Saya juga senantiasa bersyukur dan merasa sangat tersentuh. Kita bisa melihat bahwa kini sebagian anak telah masuk universitas. Di universitas, mereka juga bergabung menjadi Tzu Ching. Mereka juga telah mempelajari keterampilan. Kasus yang berhasil seperti ini tidaklah sedikit. Singkat kata, perjalanan selama belasan tahun ini sungguh sangat sulit. Akan tetapi, asalkan ada tekad dan ikrar, tidak ada kesulitan yang tidak bisa diatasi.

Bencana alam dan bencana akibat ulah manusia sulit dipadamkan

Insan Tzu Chi mengantarkan bantuan materi pascakebakaran di Thailand Utara

Tidak gentar menghadapi kesulitan dalam menjalankan ikrar agung

Menghimpun cinta kasih untuk mendampingi anak-anak

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 26 Maret 2015

Apa yang kita lakukan hari ini adalah sejarah untuk hari esok.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -