Kembali ke Masa Celengan Bambu
Ada pepatah lama yang mengatakan, “Semua hal yang baik ataupun jahat, diciptakan oleh pikiran seseorang.” Semua tindakan manusia ditentukan oleh pikiran dan hati mereka. Dengan hati yang baik, seseorang akan melakukan perbuatan baik. Di sisi lain, dengan hati yang jahat, seseorang kemudian akan melakukan perbuatan buruk. Semua tindakan dimulai dari pikiran.
Kebajikan Besar Merupakan Akumulasi dari Perbuatan Baik Kecil
Pada tahun 1966, masyarakat Taiwan pada umumnya hidup miskin. Yayasan Buddha Tzu Chi didirikan oleh Master Cheng Yen bersama lima murid biksuni dan tiga puluh ibu rumah tangga. Demi mengumpulkan uang untuk membantu orang miskin, para biksuni di Griya Jing Si membuat sepatu bayi yang masing-masing dijual seharga 4 dolar NT. Dengan tambahan 24 dolar NT setiap hari, mereka mampu mengumpulkan lebih dari 720 dolar NT per bulan, sementara biaya pengobatan untuk pasien pertama yang dibantu sebesar 600 dolar NT.
Kemudian, jumlah pasien penerima bantuan bertambah, namun dana amal tidak meningkat. Dengan keinginan untuk menyelamatkan lebih banyak kehidupan, Master Cheng Yen meminta tiga puluh ibu rumah tangga untuk menabung 50 sen NT setiap hari dari uang belanja harian mereka. Uang ini disimpan sebagai dana cadangan.
Lima puluh sen tampak kecil, namun prinsip di balik gerakan tersebut sangatlah penting. Master Cheng Yen menggunakan bambu yang tumbuh di halaman belakang Griya Jing Si dan memotongnya menjadi tiga puluh tabung untuk digunakan sebagai celengan bambu. Beliau memberikan sebuah celengan pada setiap ibu rumah tangga, dan meminta mereka menabugn 50 sen NT setiap hari. Seseorang bertanya kepada Master Cheng Yen, “Mengapa kita tidak langsung menyumbangkan 15 dolar sebulan?” Master menjawab, “Saya berharap ketika Anda mengambil keranjang belanja setiap hari, Anda menabungkan 50 sen ke dalam celengan bambu. Dengan demikian, sebelum meninggalkan rumah, Anda telah menumbuhkan niat untuk membantu orang lain. Tindakan menabung 50 sen setiap hari membangkitkan niat berhemat dan berwelas asih. Saat niat ini dimasukkan ke dalam celengan bambu, efeknya luar biasa.” Maka, tiga puluh ibu rumah tangga ini setiap hari berbelanja dan menabung 50 sen. Mereka juga bercerita kepada orang lain bahwa mereka menabung lima puluh sen setiap hari untuk membantu orang lain.
“Dapatkah membantu orang lain dengan 50 sen?” Berita ini menyebar dengan cepat di pasar. Banyak orang menanggapi gerakan ini. Meskipun 40 tahun yang lalu kondisi hidup serba sulit, semua orang gembira karena mereka bisa membantu orang miskin. Awal sederhana dari “masa celengan bambu” menginspirasi orang-orang untuk mewujudkan niat baik menjadi perbuatan baik. Perlahan-lahan dana yang terkumpul meningkat dari 1.170 dolar NT per bulan pada awal tahun menjadi 800 juta dolar NT untuk membangun Rumah Sakit Tzu Chi Hualien. Sekarang, Tzu Chi telah menyebarkan langkah-langkah kebaikan kecil ini ke seluruh dunia .
Menciptakan Masyarakat yang Damai Dengan Pikiran yang Baik
Ketika Tzu Chi memasuki ulang tahun ke-41, keempat misi utamanya telah berkembang sepenuhnya. Meski demikian, dengan terjadinya rangkaian bencana alam seperti tsunami Asia Selatan, Gempa Sichuan Tiongkok, badai Amerika Tengah dan kebakaran hutan Eropa, menunjukkan bahwa kekuatan cinta kasih dan kebaikan belum cukup kuat. Karena itu, dengan mengembalikan semangat Masa Celengan Bambu, semua orang dapat memelihara hati yang penuh cinta kasih setiap hari. Akumulasi niat baik setiap hari ini memiliki kekuatan untuk mencegah bencana alam .
Relawan Tzu Chi di seluruh dunia menyebarkan pesan ini. Gerakan “Kembali ke Masa Celengan Bambu” mengubah dana kecil menjadi cinta kasih yang besar. Ini bukan hanya satu tindakan, namun merupakan gerakan yang terus berkelanjutan. “Dibutuhkan banyak tetes air untuk membentuk aliran sungai, dibutuhkan banyak butir beras untuk membentuk sekarung beras.” Dengan senantiasa berpikiran baik, seseorang akan menumbuhkan niat baik terus-menerus dan melakukan perbuatan baik setiap hari.
Dalam hidup ini, kita tidak boleh mengabaikan satu perbuatan bajik, lantas tidak melakukannya , karena setiap perbuatan kecil adalah bermakna dan berkontribusi terhadap bertambahnya kekuatan cinta kasih, yang pada akhirnya akan memelihara perdamaian di dunia. Dan terutama, kebahagiaan yang kita rasakan dalam melakukan perbuatan baik adalah tidak terukur.