Bervegetaris untuk Melindungi Bumi

doc tzu chi

Yayasan Buddha Tzu Chi sejak lama telah mempromosikan pola hidup vegetarian. Sosialisasi dan ajakan untuk bervegetaris ini sudah dimulai sejak tahun 2003, saat wabah SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) atau virus flu burung merebak di wilayah Asia. Sejak itu, Tzu Chi terus menggalakkan pola hidup vegetarian sebagai sebuah program yang berkelanjutan. Tzu Chi berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan manfaat bervegetaris, seperti mengurangi dampak pemanasan global, memelihara welas asih kita terhadap sesama makhluk, dan juga mengurangi karma negatif dari banyak orang.

Saat ini, pemanasan global, perubahan iklim, dan kekurangan pangan merupakan isu dan masalah besar yang dihadapi masyarakat di seluruh dunia. Karbondioksida, metana, dan gas rumah kaca lainnya menyebabkan suhu global meningkat (global warming), dan sebagian besar gas ini berasal dari peternakan (kotoran hewan). Jika orang beralih ke pola hidup vegetarian maka jumlah peternakan pun akan berkurang, yang akan berdampak pada penurunan efek gas rumah kaca (global warming). Selain itu, hewan-hewan yang dipelihara di peternakan mengonsumsi sebagian besar makanan manusia (jagung, gandum, dan lainnya) dan air di dunia. Dengan meningkatnya populasi jumlah manusia dan kekurangan makanan di beberapa belahan dunia, bahan makanan yang diberikan kepada hewan-hewan di peternakan bisa digunakan untuk memberi makan mereka yang kekurangan makanan. Karena itulah pola hidup vegetarian bisa menjadi salah satu solusi dalam menghadapi permasalahan global tentang pangan dan lingkungan.

Mengonsumsi makanan vegetaris juga membantu kita memelihara welas asih terhadap makhluk hidup. Buddha mengajarkan kita untuk meringankan penderitaan semua makhluk hidup. Ini termasuk kehidupan hewan. Saat ini, hewan-hewan yang dikembangbiakkan di peternakan untuk dikonsumsi dagingnya dipelihara di tempat yang sangat sempit dan tidak layak. Sapi atau ayam dipelihara di tempat yang sangat tertutup dan sempit. Bahkan tempat ini tidak cukup bagi hewan untuk sekadar memutar tubuh. Hewan adalah makhluk hidup. Hidup dalam lingkungan yang tidak layak selama hidupnya akan membuat mereka menderita dan memiliki kebencian. Kita belajar berwelas asih kepada hewan dengan harapan dapat terhindar dari karma buruk. Yang lebih penting lagi, mengonsumsi hewan bukan hanya merenggut nyawa, tetapi membuat kita tidak peduli terhadap penderitaan hewan. Bila hati kita dipenuhi dengan ketidakpedulian maka tidak akan ada ruang untuk belas kasih tumbuh. Bila kita memelihara welas asih kita terhadap semua makhluk dan berpola hidup vegetarian itu sama artinya kita melindungi kehidupan.

Dari sudut pandang Buddhisme, mengonsumsi daging hewan menciptakan karma pembunuhan. Ada banyak kekacauan di dunia ini. Salah satunya perang di Suriah yang telah menyebabkan krisis pengungsi di Eropa. Lihatlah, berapa banyak pengungsi yang terlantar akibat perang dan berapa banyak dari mereka yang terluka atau meninggal dunia. Mengapa banyak perang dan konflik bersenjata di dunia ini? Pepatah kuno mengatakan: untuk mengerti mengapa ada peperangan dan pertempuran di dunia ini, pergilah ke rumah pemotongan hewan dan dengarkan tangisan binatang. Manusia membunuh 1.776 hewan setiap detik untuk dijadikan makanan. Setiap hari, lebih dari 150 juta hewan kehilangan nyawa karena keinginan manusia akan daging. Selain itu, jutaan ternak dimusnahkan setiap kali terjadi wabah penyakit hewan, seperti flu burung dan penyakit kaki dan mulut. Menurut kepercayaan Buddhis, pembunuhan hewan menciptakan karma negatif kolektif yang sangat besar dan menyebabkan terjadinya perang dan penderitaan.

Tzu Chi mensosialisasikan pola hidup vegetarian salah satunya adalah karena alasan ini. Sebagai contoh, setiap tahun, pada bulan ketujuh penanggalan lunar, Tzu Chi mensosialisasikan pola hidup vegetarian. Pada tahun 2016, Tzu Chi memulai sebuah kampanye dan ajakan untuk menjadi vegetarian selama 1 (satu) hari pada tanggal 11 Januari. Salah satu idenya adalah bahwa jika 1.110.0000 orang berjanji untuk bervegetaris pada tanggal 11 Januari maka Tzu Chi akan mengusulkan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 11 Januari untuk ditetapkan sebagai Hari Makan Etis Sedunia. Meski Hari Makan Etis pada tanggal 11 Januari, satu hari tidak cukup, tetapi ini tetap harus dicoba. Kami berharap setiap orang bisa bervegetaris.

Bumi adalah rumah kita. Kita menginginkannya menjadi tempat yang aman dan damai. Bervegetaris bisa membantu mencapai hal ini. Karena dengan semakin banyak orang di dunia ini menjadi vegetarian maka dampak pemanasan global akan berkurang, perubahan cuaca yang ekstrem yang kita alami juga akan berkurang. Dan yang terpenting, bencana yang berhubungan dengan cuaca juga akan berkurang jumlahnya. Akan ada sedikit bencana yang yang terjadi pada planet Bumi ini. Juga, dengan lebih banyak orang menjadi penyayang, akan terjadi lebih sedikit konflik bersenjata di dunia. Saya sering menggunakan analogi tarik-menarik antara yang baik dan yang buruk. Dengan pemanasan global yang mempengaruhi keseluruhan populasi manusia maka kita harus membuat lebih banyak orang bergabung dengan tim di sisi baik untuk mengurangi efek buruk gas rumah kaca (pemanasan global). Bervegetaris menyelamatkan Bumi. Jika kita berhasil meningkatkan kesadaran akan manfaat bervegetaris kita akan dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk menumbuhkan lingkungan yang berkelanjutan, untuk menyucikan udara kita, dan untuk melindungi Bumi ini.


Sumber: www.tzuchi.org

Penerjemah: Hadi Pranoto


Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -