Intisari Dharma: Tumbuh Dalam Berkah dan Kebijaksanaan
Para hadirin, para budiman, serta para relawan dan donatur Tzu Chi, salam sejahtera!
Pada tahun 1966, Tzu Chi didirikan di Taiwan bagian timur, tepatnya di Hualien. Selama 52 tahun ini, Tzu Chi selalu berpedoman pada Sutra Makna Tanpa Batas, mendorong semua orang untuk berpegang pada semangat “Ajaran Jing Si adalah giat mempraktikkan jalan kebenaran, Mazhab Tzu Chi adalah Jalan Bodhisatwa di dunia, membuka Jalan Bodhisatwa di tengah-tengah masyarakat”.
Kini Tzu Chi sudah memasuki tahun ke-53. Jejak cinta kasihnya telah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Terlebih di Indonesia, jalinan jodoh dengan Bodhisatwa Indonesia amatlah dalam. Jika dikenang kembali, Tzu Chi Indonesia sudah berusia seperempat abad dan kini kita semua berkumpul di Aula Jing Si Jakarta untuk memperingati Ulang Tahun Tzu Chi Indonesia yang ke-25. Dengan penuh kebahagiaan dan rasa syukur, saya berterima kasih kepada para tamu undangan serta para budiman yang telah berkenan hadir. Saya juga berterima kasih kepada Pemerintah Indonesia, lembaga-lembaga internasional maupun nasional, serta insan-insan berhati mulia setempat (Indonesia) yang selama ini telah memberikan kepercayaan dan dukungan bagi perkembangan misi Tzu Chi di Indonesia.
Semua pencapaian ini ada berkat para insan Tzu Chi di Indonesia yang selalu mengingat janji mereka kepada saya untuk terus bersumbangsih selama bertahun-tahun ini. Atas semua pencapaian ini, saya sungguh terharu dan merasa sangat bersyukur. Mengenang masa-masa 25 tahun lalu, ketika beberapa istri pengusaha dari Taiwan yang berpegang pada semangat untuk bersumbangsih bagi negara tempat mereka tinggal (dimana bumi dipijak, disana langit dijunjung), membagikan obat cacing ke sekolah-sekolah, mengadakan kunjungan kasih ke lembaga-lembaga sosial atau panti-panti sosial, dan secara aktif menjalankan kegiatan amal, baksos kesehatan, pemberian beasiswa, dan bantuan lainnya. Selangkah demi selangkah, mereka membentangkan jalan dengan penuh cinta kasih.
Sebelum peristiwa kelabu Mei 1998 (krisis moneter yang berujung kerusuhan sosial), Bapak Eka Tjipta Widjaja (pendiri Grup Sinar Mas) bersama putranya, Franky O. Widjaja, mengunjungi Griya Jing Si, Hualien, Taiwan. Saya berkata kepada beliau, "Pengaruh Pak Eka sangat besar, pasti bisa mengubah keadaan." Akhirnya, badai krisis berlalu. Terima kasih kepada para budiman yang telah membuka jalur komunikasi dengan Pemerintah Indonesia, melenyapkan kebencian dan menghapus luka dengan cinta kasih, serta bersumbangsih secara nyata bagi masyarakat Indonesia.
Pada tahun 2003, pascabanjir di Kali Angke, Jakarta, insan Tzu Chi Indonesia mengingat nasihat saya untuk menjalankan program penyedotan air, pembersihan, penyemprotan hama, pengobatan, dan pembangunan perumahan yang disebut Program 5 P. Terima kasih kepada Bapak Sugianto Kusuma serta para pengusaha lainnya yang telah bersama-sama pemerintah mengerahkan sumber daya yang besar bagi pemulihan pascabencana lewat pembangunan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, sekolah, pusat kesehatan, dan posko daur ulang demi normalisasi Kali Angke sehingga mewujudkan misi menenteramkan jiwa, menenteramkan raga, dan memulihkan kehidupan, serta memperbaiki kehidupan warga dan merajut jalinan kasih yang tulus antara Tzu Chi dan masyarakat.
Terima kasih kepada semua orang yang di masa-masa penuh ketidakpastian (krisis) telah mengerahkan kekuatan cinta kasih dan potensi kebajikan untuk membawa ketenteraman. Ini menjadi fondasi bagi pengembangan misi amal, kesehatan, pendidikan, dan budaya humanis di Indonesia ke depannya. Pembangunan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi membuat lebih dari 1.700 keluarga memperoleh kehidupan yang lebih layak. Kini, warga yang memiliki sepeda motor atau mobil di sana tidaklah sedikit. Selain itu, Poliklinik Cinta Kasih yang terletak di Kompleks Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, seiring dengan peningkatan kualitas, fasilitas, serta penerapan nilai-nilai budaya humanis dalam pelayanannya, sejak tahun 2017 mendapat pengakuan pemerintah dan statusnya dinaikkan menjadi rumah sakit agar dapat melayani lebih banyak pasien.
Berangkat dari pengalaman ini, pada tahun 2013, berlandaskan keinginan untuk bersumbangsih bagi masyarakat, pengusaha setempat merencanakan pembangunan rumah sakit modern di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Mulai dari “perangkat keras hingga lunak”, semuanya mengadopsi sistem RS Tzu Chi di Taiwan, mengusung visi "melindungi jiwa, menghargai kehidupan", menjadi tonggak sejarah baru bagi Misi Kesehatan Tzu Chi di Indonesia. Selain itu, Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi yang berada di Perumahan Cinta Kasih kini terdiri dari pendidikan dasar, menengah, dan kejuruan, serta menerapkan pendidikan budi pekerti dalam kesehariannya. Tidak sedikit anak-anak dari bantaran Kali Angke yang telah menamatkan pendidikan, bekerja, dan kini ikut bersumbangsih melalui Tzu Chi (donatur).
Pendidikan adalah harapan masyarakat. Pada tahun 2011, Tzu Chi School diresmikan. Sekolah ini berbasis pendidikan budi pekerti, pendidikan kehidupan, dan pendidikan holistik yang berstandar pendidikan internasional dan memasukkan nilai-nilai budaya humanis Tzu Chi ke dalam hati murid-murid. Para guru mengajar dengan tata krama, mendidik dengan akhlak mulia, dan membina insan berbakat bagi masyarakat.
Tahun 2007, DAAI TV Jakarta dan Medan mengudara, menyajikan tayangan berbudaya humanis yang benar, bajik, dan indah melalui kisah-kisah penuh cinta kasih, sikap saling tolong menolong, serta berupaya menjernihkan hati manusia dan menjadi stasiun TV favorit bagi masyarakat Indonesia. Misi budaya humanis Tzu Chi di Indonesia melangkah dengan semangat yang semakin mendalam, menyebarkan cinta kasih untuk menyucikan hati manusia. Selama 25 tahun ini, Empat Misi Tzu Chi perlahan-lahan terwujud di Indonesia. Terima kasih kepada semua orang yang senantiasa mawas diri dan tulus dalam memikul misi Buddha, menggarap ladang berkah di komunitas, membimbing lebih banyak Bodhisatwa, serta meneruskan semangat ajaran Buddha dan menyebarkan Mazhab Tzu Chi.
Tentu tidak mudah mengembangkan Tzu Chi di negara yang masyarakatnya majemuk seperti Indonesia. Semua orang harus merangkul berbagai suku dan agama agar masyarakat senantiasa harmonis. Tahun 2018 ini, organisasi Muslim terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) telah menandatangani nota kerja sama dengan Tzu Chi. Ini adalah contoh nyata kerja sama antar agama. Di masa-masa penuh bencana seperti saat ini, dan di tengah kondisi lingkungan yang terus-menerus berubah, sepanjang apa pun waktu yang dibutuhkan, sejauh apa pun jalan yang harus ditempuh, serta kondisi apa pun yang dihadapi, tekad untuk mewariskan ajaran Jing Si dan niat awal untuk menyebarkan Mazhab Tzu Chi tetap harus dipegang teguh.
Seperempat abad telah berlalu. Kelak masih banyak jalinan jodoh baik yang menanti untuk dibuka di Jalan Bodhisatwa ini. Peringatan Ulang Tahun Tzu Chi Indonesia hari ini merupakan momen indah di mana banyak para Bodhisatwa berkumpul. Saya tidak bisa hadir untuk mengucapkan terima kasih secara langsung kepada para hadirin. Melalui surat ini, saya menyampaikan rasa terima kasih yang tulus serta doa yang tak terhingga. Semoga para hadirin, relawan, dan donatur Tzu Chi senantiasa berbahagia, selamat, dipenuhi berkah, bersukacita dalam Dharma, serta bertumbuh dalam berkah dan kebijaksanaan.
*Pesan Master Cheng Yen Kepada Insan Tzu Chi Indonesia Dalam Rangka HUT ke-25 Tahun Tzu Chi Indonesia*