Sapi Bertanduk Satu
Kita semua memiliki potensi luar biasa untuk mencapai pencerahan. Akan tetapi, manusia mudah terpengaruh oleh lingkungannya. Ketika mereka terinspirasi untuk menolong sesama namun mendapatkan hambatan, mereka dengan mudah kehilangan kepercayaan dan menyerah untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu, mereka tidak mendapat kemajuan pada pengembangan kerohanian.
Jika kita selalu memiliki keyakinan pada diri sendiri, mengunakan potensi kita, dan konsisten berjalan di Jalan Bodhisatwa, maka kita dapat menjaga hati dan tetap berada pada sasaran. Potensi kita berasal dari memiliki keyakinan pada diri sendiri. Dari keyakinan tersebut mendatangkan kekuatan untuk mencapai tujuan.
Suatu ketika Buddha menceritakan sebuah kisah:
Ada seorang petani yang menetap di desa yang kecil. Ia mempunyai seekor sapi yang melahirkan anak yang hanya memiliki satu tanduk. Si petani selalu berpikir bahwa sapi tersebut sangat berharga, sehingga tidak apa-apa kalau sapinya hanya bertanduk satu. Petani pun memelihara anakan sapi tersebut dengan penuh kasih sayang, ia sendiri yang memberinya makan, memandikannya setiap hari, dan berbicara dengan lembut pada anak sapi.
Karena si petani berbicara kepada sapi seperti ia berbicara pada manusia, sapi itu mulai memahaminya bahkan dapat berbicara dengannya juga. Lambat laun anak sapi tumbuh menjadi sapi yang kuat dan sangat berterima kasih pada petani.
Di lain desa, ada pula petani yang mempunyai sapi dan sangat bangga dengan ketangguhan sapinya. Satu hari, berkunjunglah ia ke desa petani tersebut dan dengan bangga mengumumkan bahwa, ia punya sapi yang amat kuat dan mampu mengangkut 100 kereta sekaligus. Ketika mendengar hal tersebut, sapi bertanduk satu merasa ia pun mempunyai kekuatan yang sama.
Petani dari desa tetangga tersebut melanjutkan, “Saya menantang setiap orang di sini. Jika sapimu menang, saya akan menghadiahkan 1.000 tael emas.”
Sapi dengan satu tanduk tersebut merenung dan berpikir, “Saya ingin memenangkan pertaruhan ini untuk membalas jasa kebaikan yang telah dicurahkan majikan saya untuk saya. Lagipula, saya pun ingin menguji kekuatan saya.”
Lalu ia menemui sang petani dan berkata, “Ada petani di luar sana yang membanggakan sapinya. Aku sangat kuat! Percayalah padaku dan beritahu petani tersebut aku akan bertanding dengan sapinya.” Karena yakin dengan sapinya, petani tersebut mengumumkan dirinya akan memenuhi tantangan tersebut.
Pada hari perlombaan, setiap orang dari kedua desa tersebut datang untuk menyaksikan. Kedua sapi dibawa ke lapangan. Petani dari desa tetangga memberitahukan lagi kepada setiap orang betapa kuatnya sapi miliknya dan tentang kemampuannya menarik 100 kereta. Namun majikan dari sapi bertanduk satu mengatakan pada setiap orang jika sapinya terlahir cacat dan hanya mempunyai satu tanduk.
Perkataan majikannya ternyata membut sapi bertanduk satu tersebut merasa rendah diri dan dengan sekejap berpikir bahwa ia tidak mampu memenangkan pertandingan. Karena begitu disayang oleh si petani, ia tidak pernah peduli dengan tanduknya yang hanya satu. Namun ketika mendengar majikannya bercerita tentang kecacatannya, kepercayaan dirinya hilang, semangat bertandingnya pun hilang.
Saat pertandingan dimulai, sapi lainnya menunjukkan kekuatan yang luar biasa dan berhasil menarik 100 kereta. Sapi bertanduk satu sama sekali tidak mampu memindahkan gerobak. Oleh karenanya, petani tersebut kehilangan 1.000 tael emas dan menjadi amat sedih.
Lalu sapi tersebut berkata, “Maaf Tuan. Saya sedih ketika mendengar ucapan Tuan bahwa saya hanya punya satu tanduk. Saya kehilangan kepercayaan diri.”
“Tapi kamu sangat kuat,” ujar sang petani.
“Ya! Itu sebabnya saya pikir saya akan menang. Tuan, jika anda pergi dan menantang petani tersebut untuk pertandingan berikutnya, saya akan memenangkan kembali emas tersebut. Saya berharap sebelum pertandingan Tuan akan memuji saya,” Jawab sapi tersebut.
Setelah mengembalikan kepercayaan diri sapinya, petani tersebut mengatur pertandingan berikutnya, kali ini ia mempertaruhkan 2.000 tael emas. Pertandingan tersebut akan diselenggarakan di tempat yang sama dan sekali lagi menarik perhatian setiap orang di kedua desa tersebut.
Sebelum pertandingan dimulai, petani itu memuji sapinya yang hanya bertanduk satu dengan menyampaikan kata-kata yang memotivasi, sehingga sapi tersebut berhasil mengangkat 102 kereta lebih cepat dari sapi lainnya. Oleh karenanya majikannya memenangkan 2.000 tael emas.
Melalui cerita tersebut, Buddha menyampaikan intisari bahwa, Buddha dan mahluk hidup adalah sama. Dengan mengingatkan dan mendorong diri untuk tetap fokus pada perkembangan diri maka akan menguatkan tekad yang kita miliki untuk terus menunjukkan potensi. Sehingga akan mampu mencapai pencerahan seperti Buddha.
Penerjemah: Susy Grace Subiono