Kisah Kura-kura Buta
Kehidupan
ini penuh dengan penderitaan. Tanpa disadari, kita melakukan perbuatan buruk dan
menciptakan karma buruk. Dari kehidupan ke kehidupan, karma buruk kita semakin
berat. Orang pada zaman dahulu memegang teguh nilai moralitas, menghormati
semua orang di keluarga, masyarakat, dan orang-orang yang lebih tua. Selain
itu, mereka juga sangat rendah hati. Akan tetapi, anak muda zaman sekarang semakin
tidak menghormati orang yang lebih tua.
Kini,
populasi manusia semakin lama semakin banyak dan hubungan antarsesama di
masyarakat juga semakin lama semakin rumit sehingga karma buruk yang tercipta
pun semakin hari semakin banyak dan semakin berat. Setiap teringat pada ini,
saya sangat khawatir. Berhubung telah terlahir sebagai manusia dan
berkesempatan untuk mendengar Dharma, kita hendaknya tekun dan bersemangat untuk
melatih diri. Janganlah kita berhenti di tengah jalan. Berhenti di tengah jalan
lebih melelahkan dari melangkah maju. Karena itu, kita harus bersungguh hati.
Di
dalam Sutra ada sebuah kisah seperti ini. Ada sebidang papan yang tengahnya
bolong dan terombang-ambing di tengah laut. Ada seekor kura-kura buta yang
berenang di laut. Saat mengangkat kepala, kebetulan kepalanya masuk ke tengah
lubang papan tersebut. Ini sungguh tidak mudah. Sama halnya dengan manusia. Untuk
bertemu dengan ajaran kebenaran, sungguh hal yang sulit.
Ada
seorang anak muda yang ingin mencobanya. Dia lalu mencari sebidang papan dan
melubangi bagian tengahnya agar dapat dimasuki kepala. Dengan membawa papan
itu, dia pergi ke sebuah kolam yang sangat besar. Dia lalu melempar papan itu
ke dalam kolam. Setelah itu, dia juga masuk ke dalam kolam. Semakin dia
berusaha keras berenang, gelombang airnya semakin besar sehingga papan itu pun
ikut bergerak. Lama-kelamaan, papan itu terbawa semakin jauh darinya. Dia
merasa sangat lelah.
Setelah
mencoba sepanjang hari, dia gagal terus. Dia berpikir di dalam hati, "Mata
saya dapat melihat. Kolam ini juga tidak terlalu besar. Akan tetapi, setelah
mencoba sepanjang hari, saya masih tidak dapat memasukkan kepala ke dalam
lubang. Tentu lebih sulit bagi kura-kura buta di tengah lautan itu hingga
kepalanya dapat masuk ke lubang saat terangkat. Sungguh, untuk terlahir sebagai
manusia dan bertemu dengan ajaran Buddha adalah hal yang sulit. Karena itu,
saya harus memanfaatkan waktu untuk melatih diri."
Demikianlah,
dia pun meninggalkan keduniawian. Setelah menjadi bhiksu, meski telah
meninggalkan keduniawian, dia kerap berbagi Dharma di tengah masyarakat. Ini
adalah salah satu kisah di dalam Sutra. Kini Buddha sudah tidak ada di dunia, tetapi
ajaran Beliau masih bersama kita.
Kita
hendaknya memahami tentang Empat Kebenaran Mulia. Setiap hari ajaran Buddha menjadi
pengingat bagi kita. Tak peduli betapa kayanya seseorang, kehidupannya tetap
tak terlepas dari ketidakkekalan dan penderitaan. Dalam kehidupan masa sekarang
ini, apakah kalian tak merasa bahaya selalu mengintai? Semakin berkembangnya
masyarakat, bahaya yang mengintai pun
semakin besar.
Para
ilmuwan sangat khawatir karena suhu bumi kian hari kian meningkat dan kondisi
iklim pun semakin ekstrem. Populasi manusia yang semakin lama semakin bertambah
menyebabkan bumi ini semakin padat. Manusia menciptakan berbagai polusi terhadap
udara dan lingkungan sehingga banyak bencana terjadi akibat ketidakselarasan
unsur alam. Jika dilihat dari sisi Buddhisme, ini adalah hukum alam. Ini semua
bersumber dari sebersit pikiran manusia. Ketamakan menyebabkan populasi manusia
semakin bertambah.
Di
sisi lain, banyak negara yang mengkhawatirkan masalah lansia di masyarakat. Jumlah anak muda semakin sedikit karena
mereka tidak ingin melahirkan bayi. Sebaliknya, apa yang akan terjadi jika
angka kelahiran semakin meningkat? Inilah kontradiksi di masyarakat. Kini
kontradiksi di masyarakat semakin lama semakin banyak. Ini terjadi akibat
kebodohan dan ketidaktahuan.
Dalam
hidup ini, setahun terasa sangat panjang. Namun, pikirkanlah, berapa tahun kita
dapat hidup di dunia? Banyak hal di dalam hidup ini yang berjalan tak sesuai
harapan kita. Selain itu, ada banyak hal yang tak dapat kita prediksi. Sebelum
sesuatu terjadi, kita tidak dapat memprediksinya terlebih dahulu. Kita tidak
tahu apa yang akan terjadi pada hidup kita dan berapa lama usia kehidupan kita.
Kita tidak tahu semuanya. Karena itu, kita harus tekun dan bersemangat.
Kita
harus menenangkan dan meneguhan hati kita di dalam Dharma. Kita harus melakukan
segala kebajikan dan memutuskan jalinan jodoh buruk. Setiap hari, kita harus
melenyapkan noda batin dan melepaskan diri dari kemelekatan dalam hubungan
antarsesama. Kita harus berusaha untuk mencapai pembebasan. Bagaimana cara kita
untuk mencapai pembebasan batin?
Kita dapat melakukannya dengan cara menjalin jodoh baik dengan orang setiap hari. Dengan menjalin jodoh baik, maka kita akan bebas dari kerisauan. Dengan begitu, kita dapat melewati setiap hari dengan hati yang tenang dan penuh sukacita. Ini yang disebut pembebasan batin. Melenyapkan noda batin dan menambah jalinan jodoh baik merupakan cara kita untuk mempraktikkan ajaran Buddha secara sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
Gambar: Program Master Cheng Yen Bercerita (DAAI TV Indonesia).
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina.