Master Bercerita: Anak Pengemis Menjadi Kaya

Buddha datang ke dunia demi satu tujuan penting. Beliau menggunakan berbagai perumpamaan untuk membimbing semua makhluk. Karena itu, dalam mendengar Dharma, pikiran kita harus benar. Saya berharap setiap orang dapat menyerap Dharma ke dalam hati agar jiwa kebijaksanaan dapat berkembang.

Seiring berlalunya satu hari, maka usia kehidupan kita juga berkurang satu hari. Jika kita tidak mempraktikkan Dharma dalam keseharian, maka noda batin kita akan semakin bertambah sehingga karma buruk yang tercipta juga semakin banyak.

Seiring bertambahnya satu hari, karma buruk yang tercipta pun ikut bertambah. Meski telah menyerap Dharma ke dalam hati, usia kehidupan setiap orang tetap terus berkurang. Seiring berlalunya satu hari, usia kehidupan juga berkurang satu hari. Setiap orang adalah sama. Namun, jika menyerap Dharma ke dalam hati, maka jiwa kebijaksanaan kita akan bertambah.

Ada seorang tetua yang memiliki seorang teman yang sangat berada. Temannya memiliki seorang anak tunggal yang enggan bekerja dan selalu membuat onar bersama teman-temannya. Harta keluarganya terus dihambur-hamburkan. Sang ayah berkata kepada tetua itu, "Tolong didiklah anak saya." Tetua menjawab, "Tidak masalah."

Sang tetua mulai mendidik anak muda ini. Dia memberikannya 1.000 tahil untuk berdagang. Mengetahuinya memiliki uang, temannya pun mengajaknya pergi bersenang-senang. Berselang beberapa waktu, dia berkata kepada tetua, "Uangnya sudah habis." Tetua kembali memberinya 1.000 tahil. Tidak lama kemudian, dia kembali pulang dengan tangan kosong.

doc tzu chi indonesia

Dia kembali berkata kepada sang tetua, "Sudah habis uangnya." Sang tetua kembali memberinya 1.000 tahil. Saat yang keenam kalinya, kebetulan sang tetua akan keluar rumah. Di depan rumahnya ada setumpuk sampah dan ada seekor tikus mati di tengah tumpukan sampah.

Tetua berkata, "Asalkan bersungguh hati, maka seseorang dapat menemukan emas di tengah sampah." Tetua kembali memberikan 1.000 tahil kepada anak muda itu. Saat itu, ada seorang anak mendengar ucapan sang tetua. Dia lalu mengambil tikus itu dan mencari tempat untuk menguburnya. Setelah itu, dia mulai berpikir, "Jelas-jelas ini adalah setumpuk sampah, mengapa tetua itu berkata demikian? Apakah ucapan 'emas di tengah tumpukan sampah' bertujuan mengajarkan kita untuk menghargai berkah dan hidup rajin?"

Anak itu pun mengingatkan dirinya untuk menghargai berkah dan hidup rajin. Setiap hari, dia keluar mencari sedekah dan memungut barang-barang yang dibuang orang untuk diperbaiki. Setelah itu, dia menjualnya dengan harga murah. Pada kali pertama, dia mendapatkan dua sen. Dia sangat gembira. Dia berpikir, "Asalkan bersungguh hati dan bekerja keras, maka kita akan mendapatkan uang meski hanya sedikit."

Setiap hari, dia memungut barang untuk diperbaiki, lalu menjualnya. Setelah tersimpan sedikit uang, dia menggunakannya untuk membeli sayur. Dia mulai berjualan sayur. Setelah uang yang terkumpul semakin banyak, dia menggunakannya untuk membeli lahan guna bercocok tanam. Perlahan-lahan, dia pun membuka took dan menjadi pedagang.

Belasan tahun kemudian, anak ini menjadi pemuda yang tampan. Dia berpikir, "Hari ini usaha saya dapat sedemikian sukses berkat ucapan dari tetua itu." Dia menggunakan perak untuk membuat sebuah piring dan menggunakan emas untuk membuat seekor tikus. Dia meletakkan tikus itu di atas piring dan menaruh perhiasan di sekelilingnya.

doc tzu chi indonesia

Dia pun pergi ke rumah tetua. Dengan mengangkat piringnya tinggi-tinggi, dia berlutut di sana untuk berterima kasih. Belasan tahun lalu, saat tetua berbicara dengan anak muda itu, anak itu mendengarnya. Dengan hati penuh cinta kasih dan belas kasih, dia menguburkan tikus itu. "Di tengah tumpukan sampah ada emas." Dia menyadari bahwa ucapan itu mengajarkan orang untuk hidup rajin dan menghargai barang.

Karena itu, dia mulai memungut dan mengumpulkan barang-barang yang dibuang orang. Setelah memperbaikinya, dia pun menjualnya. Demikiankah sedikit demi sedikit usahanya mulai berkembang. Dia sangat berterima kasih atas ajaran tetua itu.

Ini adalah salah satu kisah di dalam Sutra. Sang tetua melihat anak muda ini tahu untuk membalas budi. Meski bukan berbicara langsung kepadanya, tetapi anak itu dapat menerima bimbingannya dan memperoleh manfaat. Karena itulah, kehidupan anak itu semakin baik. Selain itu, dia juga tahu untuk membalas budi.

Saat itu, sang tetua menikahkan putrinya kepada pemuda itu. Selain itu, dia juga berkata, "Saya berikan semua harta saya kepadamu. Namun, kamu harus ingat untuk menghormati Tiga Permata dan mengembangkan Empat Sifat Luhur untuk bersumbangsih bagi umat manusia."

Di bagian belakang kisah itu terdapat cerita sang tetua menikahkan putrinya dengan pemuda itu dan mewariskan semua hartanya kepadanya. Sang tetua berharap anak muda itu dapat menghormati Tiga Permata dan mengembangkan Empat Sifat Luhur untuk bersumbangsih bagi rakyat di negeri itu.

doc tzu chi indonesia

Saya ingin bertanya kepada kalian, apakah kita perlu mendengar banyak ajaran? Sesungguhnya, asalkan bersungguh hati, satu perkataan sederhana sudah dapat membawa banyak manfaat. Asalkan tekun dan bersemangat, maka kita akan berhasil. Kita yang menulis naskah kehidupan sendiri.

Apa naskah yang kita tulis pada kehidupan lalu? Bukan berarti asalkan sekarang kita berbuat baik, maka segala sesuatu akan berjalan sesuai harapan; sandang, pangan, dan papan kita akan terpenuhi semuanya. Bukan demikian. Kita tetap harus bekerja keras.

Usia kehidupan kita terus berkurang setiap hari. Jika di dalam hati kita tidak ada Dharma, maka noda batin akan terus bertambah. Jika demikian, maka penderitaan tak akan berhenti. Namun, jika memiliki Dharma di dalam hati, maka seiring berlalunya waktu, noda batin kita dapat terlenyapkan sehingga jiwa kebijaksanaan kita dapat berkembang.
Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -