Master Bercerita: Balas Budi Si Rubah
Saya sering berkata kepada kalian bahwa apa pun yang dihadapi, kita harus senantiasa bersyukur, saling menghormati, dan mengasihi. Kita harus senantiasa
memiliki hati penuh rasa hormat. Dengan begitu, pada saat
berinteraksi dengan sesama atau menangani suatu masalah, akan timbul ketulusan
dan sikap hormat di dalam hati kita.
Selain harus memiliki ketulusan di dalam hati, kita juga jangan
bermalas-masalan. Setiap hari, kita harus tekun dan bersemangat serta
senantiasa dipenuhi rasa syukur. Lihatlah betapa banyak orang yang hidup
kesulitan dari segi sandang, pangan, dan papan. Mereka hidup serba sulit. Karena
itu, mana boleh kita hidup bermalas-masalan? Kita tidak boleh
bermalasan-malasan karena kita tahu bahwa kehidupan ini tidak kekal dan sangat
singkat.
Karena itu, kita harus memanfaatkan waktu dengan baik dan menggunakan
rasa hormat dan ketulusan saat berinteraksi dengan orang atau menangani
masalah. Dengan hati penuh rasa hormat, barulah sebuah organisasi dapat rapi
dan harmonis. Jadi, selain harus tekun dan bersemangat, kita juga harus hidup
harmonis dengan sesama. Ini harus dimulai dari ketulusan dan rasa hormat.
Kita jangan bermalas-malasan.Untuk tekun dan bersemangat, kita
harus berani. Apa pun yang dilakukan, kita harus memiliki ketekunan dan
semangat. Kita juga tidak boleh kekurangan keberanian. Setiap saat, kita harus
memiliki keberanian, ketekunan, dan semangat. Pada saat timbul noda batin, karena
adanya keberanian dan ketekunan, kita dapat segera mencegah diri dari perbuatan
buruk.
Dengan adanya ketekunan dan semangat, baru kita dapat melenyapkan kegelapan
dan noda batin. Karena itu, kita harus senantiasa melatih diri tanpa henti. Kita
harus mencegah agar tabiat buruk di masa lalu tidak kembali lagi. Kita juga
harus senantiasa melatih ketekunan dan semangat.
Di dalam Sutra ada sebuah kisah tentang seekor rubah yang membalas
budi. Pada berkalpa-kalpa dahulu, di sebuah hutan di pegununan, hidup 500 ekor
rubah. Di dalam hutan itu, hidup banyak binatang besar dan kecil. Binatang yang
terkuatlah yang menjadi raja di hutan. Singa ini adalah raja di hutan itu. Saat
singa ini berjalan keluar, binatang-binatang lain akan menghindar.
Rubah yang bertubuh lebih kurus dan kecil berpikir bahwa dengan
mengikuti di belakang singa, mereka tidak akan kelaparan ataupun tertindas. Karena
itu, 500 ekor rubah itu selalu mengikuti di belakang singa. Mengetahui bahwa
ada kawanan rubah yang mengikuti di belakang, sang singa pun sengaja menyisakan
makanan. Berkat sang singa,kawanan rubah hidup dengan gembira di hutan.
Suatu hari, singa itu berjalan-jalan di luar hutan. Akibat kurang
berhati-hati, ia terjatuh ke dalam sebuah lubang. Melihat singa terjatuh di
dalam lubang, 500 ekor rubah itu tidak tahu apa yang harus diperbuat. Melihat
singa itu terperangkap di dalam lubang, 499 ekor rubah pun bubar meninggalkan
singa itu dalam kesulitan. Namun, ada seekor rubah yang tidak beranjak dari
sana. Ia berdiri di sana sambil berpikir bagaimana cara menolong singa itu.
Ia terus berpikir dalam hati,"Berkat singa ini, aku dapat
hidup dengan tenang. Namun, kini singa ini dalam kesulitan, aku harus
menyelamatkannya. Aku harus memikirkan cara untuk menyelamatkannya." Tubuh
singa begitu besar, sedangkan tubuh rubah begitu kecil, apa yang harus
dilakukan? Ia pun mendapatkan ide. Ia melihat banyak tanah di sekitar. Ia lalu
segera berkata kepada raja singa, "Kau mundurlah. Aku akan berusaha untuk mengorek
tanah ke dalam lubang." Singa itu pun menuruti perkataan si rubah untuk
mundur.
Rubah itu menggunakan kakinya untuk mengorek tanah ke dalam
lubang. Meski tenaganya sangat kecil, tetapi ia terus mengoreknya sehingga
perlahan-lahan ada sedikit tumpukan tanah. Setelah itu, raja singa menginjak
tumpukan tanah untuk keluar dari lubang. Demikianlah singa pun terselamatkan. Inilah
kisah yang pernah diceritakan Buddha. Bercerita sampai di sini, Buddha berkata
kepada para muridnya,"Tahukah kalian? Raja singa yang jatuh ke dalam
lubang adalah Aku pada salah satu kehidupan lalu, sedangkan rubah itu adalah
Ananda yang sekarang." Itulah yang terjadi di salah satu kehidupan lalu.
"Sementara itu, 499 ekor rubah yang lain adalah pengikut
Devadatta yang membangkang terhadap ajaran Buddha." Selain tidak membalas
budi, mereka juga mencoba melukai kelompok Sangha. Meski pernah menerima
bantuan dari singa, tetapi mereka tidak tahu untuk membalas budi, malah
sebaliknya mereka ingin mencelakai Sangha. Hanya Ananda yang terus mengikuti
Buddha.
Pada salah satu kehidupan, Ananda adalah seekor rubah. Ia sangat
berterima kasih kepada raja singa yang telah menjaga keselamatan dan menyisakan
makanan untuk mereka sehingga mereka dapat hidup dengan tenang. Karena itu, ia
sangat berterima kasih atas budi singa. Buddha menggunakan kisah ini sebagai
perumpamaan dengan harapan setiap orang dapat membuka hati dan melapangkan dada
untuk menciptakan berkah bagi umat manusia serta mengembangkan kebijaksanaan.