Master Bercerita: Buddha Membimbing yang Berjodoh
Buddha menggunakan welas asih-Nya untuk membimbing semua makhluk sesuai kapasitas masing-masing, bagai air hujan dan embun yang membasahi akar dan ranting berbagai jenis tumbuhan di atas bumi ini. Air hujan dapat membasahi akar, ranting, dan daun tumbuh-tumbuhan. Begitu pula dengan ajaran Buddha yang dapat membawa manfaat bagi semua makhluk sesuai kapasitas masing-masing. Ajaran Buddha dapat diterima oleh orang-orang dengan kapasitas yang berbeda-beda.
Di Varanasi, ada seorang menteri yang anaknya baru lahir. Semua orang yang melihat anak ini merasa sukacita. Peramal pun diundang untuk meramal anak tersebut. Melihat anak itu, sang peramal sangat terkejut karena anak itu memiliki 32 ciri manusia agung.
Peramal pun bertanya, "Saat anak ini masih berada di dalam kandungan, apakah terjadi sesuatu yang tidak biasa?"
Menteri menjawab, "Awalnya, istriku bertemperamen sangat buruk dan berhati sempit. Namun, sejak mengandung, dia menjadi sangat lembut, berhati lapang, bisa berbelas kasih dan bertoleransi terhadap kehidupan para pelayan di rumah, tahu untuk mengasihi orang lain, dan sebagainya. Kelahiran anak ini membuat kami sekeluarga sangat gembira."
Mendengar jawabannya, peramal itu berkata, "Ini adalah pertanda baik yang didatangkan anak ini. Kelak, dia juga akan membawa kebaikan bagi umat manusia. Mari kita memberinya nama Maitreya."
Berita ini tersebar hingga ke telinga sang raja. Raja merasa tidak tenang dan berpikir, "Setelah anak ini tumbuh dewasa, apakah kerajaan dan takhtaku akan diambil alih olehnya?" Sang raja membangkitkan keirian dan membenci anak ini tanpa alasan.
Suatu hari, dia berkata kepada menterinya, "Aku mendengar bahwa anakmu sangat pandai, bijaksana, dan memiliki bakat luar biasa. Bisakah engkau membawanya untuk menemuiku?"
Sang menteri sangat khawatir dan berpikir, "Haruskah aku membawa anakku ke istana?" Hatinya penuh pergumulan. Kemudian, istrinya berkata, "Bagaimana jika kita mengirimkannya ke negeri lain?"
Anak itu memiliki seorang paman di negeri lain yang sangat berbakat dan berpengetahuan serta memiliki banyak murid. Berhubung anak mereka sudah memasuki usia belajar, mereka pun memutuskan untuk mengirimkannya ke sana. Demikianlah, Maitreya mulai tinggal di rumah pamannya untuk menerima bimbingan bersama murid lain.
Sang paman mendapati bahwa dengan satu kalimat yang sederhana saja, anak itu dapat memahami semua kebenaran dalam kitab suci. Pada usianya yang masih belia, dia dapat memahami semua kebenaran ajaran brahmana.
Sang paman merasa bahwa dia perlu mengadakan sebuah perjamuan besar agar semua orang tahu bahwa ada insan berbakat seperti ini dalam pengikut brahmana. Namun, sang paman bukanlah orang berada. Berhubung mengadakan perjamuan besar butuh dana, dia pun mengutus seorang muridnya ke Varanasi dengan harapan ayah anak tersebut dapat membiayai perjamuan itu. Jadi, dia mengutus seorang muridnya untuk pergi ke Varanasi.
Sebelum tiba di tempat tujuan, sang murid mendengar bahwa Buddha Sakyamuni ada di Rajagrha. Dia pun berniat untuk pergi menemui Buddha di Rajagrha terlebih dahulu. Namun, di tengah perjalanan, dia tewas diterkam harimau. Setelah itu, dia terlahir di alam surga.
Saat itu, sang paman belum mengetahui hal ini. Seiring berlalunya waktu, dia pun memutuskan untuk mengadakan perjamuan dengan biaya sendiri. Dia menghabiskan semua kekayaannya dan mengundang semua pengikut brahmana untuk menghadiri perjamuan dan menyaksikan bakat remaja tersebut.
Ada lebih dari 500 orang yang hadir. Selain menjamu semua orang, dia bahkan memberikan uang sebesar 500 tahil kepada setiap orang sebagai persembahan. Perjamuan ini mendapat pujian dari semua orang dan mereka pulang dengan sukacita.
Namun, belakangan datang lagi satu orang yang berkata, "Meski aku datang terlambat, tetapi engkau tetap harus memberikan 500 tahil padaku seperti yang diberikan pada yang lain."
Sang paman, Pravari, berkata, "Perjamuan telah usai dan semua uangku telah habis."
Orang itu berkata, "Jika engkau tidak memberiku 500 tahil, tujuh hari kemudian, engkau akan menerima akibat yang sangat mengenaskan."
Saat itu, melihat sang guru begitu khawatir, muridnya yang terlahir di alam surga pun datang untuk memberitahunya, "Brahmana ini memiliki hati dan pikiran yang buruk. Dia hanya menakut-nakuti, tidak memiliki kekuatan batin untuk meramal kondisimu tujuh hari kemudian. Jadi, engkau tidak perlu khawatir. Yang benar-benar memahami Dharma agung hanyalah Buddha yang kini berada di Rajagrha."
Setelah mengetahui bahwa Yang Maha Sadar ada di Rajagrha, dia segera mengutus 15 orang untuk mendampingi Maitreya pergi ke Rajagrha dan berkata, "Kalian harus menguji Beliau dengan kebijaksanaan kalian. Kalian bisa bertanya pada-Nya berapa ciri manusia agung yang aku miliki, berapa banyak murid yang aku miliki, dan berapa usiaku sekarang. Jika Beliau di tempat nan jauh dapat mengetahui semua itu, hendaklah kalian segera berguru pada-Nya." Dia berpesan demikian kepada murid-muridnya.
Mereka segera memulai perjalanan hingga akhirnya tiba Rajagrha. Dari kejauhan, mereka melihat Buddha yang agung dan dikelilingi oleh murid-murid-Nya. Mereka lalu bertanya dalam hati mereka dari jarak jauh. Buddha berkata, "Pravari memiliki dua ciri manusia agung, yang pertama ialah rambutnya dan yang kedua ialah lidah yang panjang."
Buddha berhenti sejenak, lalu berkata, "Pravari memiliki 500 orang murid." Setelah berhenti sejenak lagi, Buddha kembali berkata, "Tahun ini, Pravari berusia 120 tahun." Mendengar Buddha berbicara sendiri, murid-murid-Nya merasa heran dengan siapakah Buddha berbicara.
Buddha lalu berkata, "Murid-murid Pravari datang dan Aku menjawab pertanyaan dalam hati mereka." Enam belas orang murid Pravari sangat tercengang dan berkata, "Guru kami mengutus kami ke sini untuk memohon ajaran dari Yang Dijunjung. Kami bersedia melatih diri sebagai murid Yang Dijunjung."
Pada zaman Buddha, terdapat kisah seperti ini yang melibatkan beberapa negeri. Buddha juga membimbing orang yang berjodoh sesuai kebutuhan masing-masing. Ini sungguh tidak terbayangkan. Jadi, bagaikan air hujan dan embun, Buddha membimbing semua makhluk sesuai kapasitas mereka masing-masing.
Sumber: Program Master Cheng Yen Bercerita (DAAI TV)
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, (DAAI TV Indonesia)