Master Bercerita: Dana Wanita Kurang Mampu
Di dunia ini, apakah kita hanya memiliki satu kehidupan saja? Tidak. Kita mengalami beberapa kehidupan. Di lingkaran kehidupan ini, ada orang yang hidup bahagia, ada orang yang hidup menderita, ada orang yang hidup kaya, dan ada pula orang yang hidup dalam kemiskinan. Orang yang hidup berada menikmati kebahagiaan duniawi, orang yang kurang mampu merasakan penderitaan hidup. Apa penyebabnya?
Ada sebuah kisah seperti ini di dalam Sutra. Suatu kali, di Jetavana,para Sangha berkumpul untuk mendengar Buddha membabarkan Dharma. Tiba-tiba, seberkas cahaya bersinar dari langit. Ternyata ada seorang dewi datang untuk memberi hormat kepada Buddha. Setelah itu, dia mundur dan duduk di samping untuk mendengar Buddha mulai membabarkan Dharma. Pada saat Buddha membabarkan Dharma, dewi itu kembali datang ke hadapan Buddha untuk memberi sujud dengan penuh hormat sekaligus berterima kasih kepada Buddha.
"Sekarang saya mengerti mengapa saya memiliki berkah untuk terlahir di alam surga. Ajaran Engkau-lah yang membuat saya dapat terlahir di alam surga. Kini, setelah mendengar Ajaran Engkau, saya tiba-tiba tersadarkan. Meski usia makhluk surgawi sangat panjang, ia juga ada batasnya. Saya bersedia berlindung kepada Buddha. Saya berharap dapat mendengar Dharma setiap saat." Semua orang merasa sangat heran.
Buddha pun bercerita demikian. Tetua Sudatta sangat berharap setiap orang di keluarganya dapat mendalami ajaran baik dan melakukan kebaikan. Setiap hari dia mengumpulkan keluarganya dan pembantunya untuk berbagi ajaran Buddha yang didengarnya. Semua orang sangat bersukacita dan bersedia mendonasikan uang receh untuk membantu yang membutuhkan. Melihat hal tersebut, Sudatta berpikir,
"Bahkan pembantu saya pun bersedia menyisihkan sedikit uangnya untuk berdonasi.Mereka bersedia mendonasikan sedikit uang dari hasil jerih payah mereka demi membantu orang lain.Jika demikian, saya yakin saya dapat mengajak semua oranguntuk memberi persembahan kepada Buddha."
Sudatta pun memberi tahu hal ini kepada raja. Raja pun menyetujuinya. Seorang petugas memukul genderang dan mengumumkan bahwa tujuh hari kemudian, Sudatta ingin mengundang semua orang untuk memberi persembahan kepada Buddha dan Sangha. Ada seorang wanita kurang mampu yang bersusah payah menyisihkan uang untuk membeli sehelai kain murah yang sudah pernah digunakan orang. Dia berharap dapat menghangatkan tubuh dengan kain itu pada saat musim dingin.
Meski kain itu sudah pernah digunakan dan sangat murah, tetapi itu adalah benda terbagus yang pernah dimilikinya. Dia membawa kain itu untuk bertemu dengan Sudatta. "Tetua, kain ini berguna atau tidak? Apakah boleh saya mempersembahkan kain ini dengan tulus kepada Buddha?" Sudatta menjawab, "Anda sungguh mengagumkan. Meski hidup kekurangan, tetapi Anda juga bersedia berdana." Sejak saat itu, Sudatta memberi bantuan rutin padanya berupa beras dan bahan pangan lainnya. Sudatta juga berbagi ajaran kebaikan padanya. Karena itu, wanita miskin itu bertekad untuk mendengar ajaran Buddha dari kehidupan ke kehidupan.
Dengan tekad yang murni itu, dia terlahir di alam surga setelah meninggal dunia. Demi mewujudkan tekadnya, dia turun dari surga untuk mendengar Buddha membabarkan Dharma. Buddha menceritakan kisah ini agar para Sangha tak merasa heran. Para Sangha bertanya-tanya mengapa ada dewi yang tiba-tiba turun dari surge untuk mendengar ajaran Buddha. Buddha lalu menceritakan kepada mereka apa yang dilakukan oleh Sudatta belasan tahun lalu untuk meringankan penderitaan sesama dan berbagi ajaran Buddha dengan semua orang. Inilah harapan Sudatta.
Karena harapan Sudatta, wanita miskin itu terinspirasi untuk berdana dan memperoleh manfaat dari dananya. Inilah prinsip kebenaran pada masa Buddha hidup. Kini, lebih dari 2.000 tahun kemudian, prinsip kebenarannya masih sama.
Orang berada dapat membantu orang kurang mampu, orang kurang mampu juga dapat menghimpun donasi mereka. Butiran beras dapat memenuhi lumbung dan tetesan air dapat membentuk sungai.
Setiap tetes air yang mengalir ke laut tidak akan mengering. Artinya, kerja sama dari banyak orang dapat mewujudkan pahala yang besar. Inilah prinsip kebenaran yang Buddha ajarkan. Kini kita harus mendukung orang-orang untuk berbuat kebajikan. Contohnya Sudatta. Selain memberi persembahan kepada Sangha dan menciptakan berkah sendiri, dia juga mendukung keluarga dan pembantunya untuk ikut menciptakan berkah.
Saat melihat keluarganya dan pembantunya mendonasikan uang dengan sukacita, dia teringat pada semua warga di kota. Dia berpikir orang yang hidup kurang mampu juga berkesempatan untuk memberi persembahan dan mendengar ajaran Buddha.
Demikianlah semakin lama semakin banyak orang yang terinspirasi untuk memberi persembahan kepada Buddha dan Sangha serta menciptakan berkah.
Kini kita sangat berharap setiap orang dapat membangkitkan cinta kasih dan menjangkau semua orang dengan cinta kasih. Dengan begitu, baru orang yang menderita dapat memperoleh bantuan dan orang yang hidup berada dapat memperoleh sukacita. Membantu sesama adalah hal yang paling membahagiakan.