Master Bercerita: Gajah dan Gadis Cilik


Di tengah masyarakat dengan beragam kondisi kehidupan, meski terdapat banyak noda batin dan kerumitan, tetapi justru di tengah noda batin dan kerumitan inilah, kita dapat memahami banyak kebenaran. Di tengah hal-hal yang positif dan negatif, benar dan salah, kita belajar membedakan benar dan salah. Inilah yang dapat kita pelajari di tengah masyarakat.

Saat melihat orang melakukan hal yang benar dan membawa manfaat bagi orang banyak, kita harus menjadikan mereka sebagai teladan. Saat melihat orang tersesat karena sebersit pikiran yang menyimpang, kita hendaknya mengingat bagaimana kritikan orang-orang terhadap mereka.


Dari pujian dan kritikan orang-orang, kita bisa membandingkan dan memahami perbedaan antara benar dan salah. Semua ini bisa kita pelajari di tengah masyarakat. Jadi, Dharma terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Yang kita pelajari sekarang adalah prinsip kebenaran.

Kita hendaknya belajar dari orang yang benar dan memperbaiki diri. Kita hendaknya memiliki arah yang benar dan menapaki jalan di tengah masyarakat tanpa menyimpang. Ini sangatlah penting. Kita harus menapaki jalan kebenaran di dunia ini. Kita hendaknya memandang setara semua makhluk. Saya sering berkata bahwa semua makhluk memiliki hakikat kebuddhaan.


Pada tahun 2004, sepasang suami istri asal Inggris membawa putri mereka yang berusia 8 tahun berlibur ke Phuket, Thailand. Di sana, mereka memilih sebuah hotel dekat pantai yang sangat elegan dan pemandangannya sangat indah. Putri mereka sangat menyukai gajah karena merasa bahwa gajah sangat jinak.

Setiap hari, dia mengunjungi tempat yang memelihara gajah. Tempat itu menyediakan gajah untuk ditunggangi wisatawan. Gadis cilik ini menyukai seekor anak gajah berusia 4 tahun. Dia sering menghabiskan waktu bersama gajah tersebut. Gajah ini sering menggunakan belalainya untuk menepuk-nepuk bahu gadis cilik itu. Ia juga membiarkan sang gadis duduk di punggungnya dan membawanya berjalan-jalan dengan santai.


Suatu hari, di pantai, melihat sang gajah berjalan makin jauh, pawang gajah memerintahkannya untuk kembali pada kawanannya. Gajah yang biasanya sangat patuh ini agak berbeda hari itu. Gajah ini terus menjauhi pantai dengan langkah yang makin cepat. Tiba-tiba, sebuah ombak menerjang. Tinggi ombak ini mencapai belasan meter.

Saat ombak besar ini menerjang, gajah yang berjalan dengan langkah cepat telah berada cukup jauh dari pantai. Hantaman ombak menimbulkan bunyi yang keras dan gelombang air laut terus meluas ke area pantai. Namun, sang gajah dapat mengarungi ombak dan terus melangkah maju.


Sang gadis menoleh dan melihat bahwa ombak telah surut dan tiada seorang pun di pantai. Semua orang hanyut terbawa ombak. Tiada seorang pun yang tersisa. Sebagian pohon pun tumbang. Semua pemandangan berubah dalam sekejap.

Gajah ini tidak berhenti dan terus melangkah maju hingga sebuah bukit kecil. Ia terus berjalan hingga menjangkau dinding batu yang dapat mengadang ombak. Setelah itu, ia baru berhenti agar sang gadis dapat memanjat ke atas dinding batu yang aman dari ancaman ombak.


Saat itu, orang tua gadis itu sudah sangat panik dan mencarinya ke mana-mana. Mereka melihat bahwa putri mereka baik-baik saja dan akan turun dari punggung sang gajah untuk memanjat ke atas dinding batu. Mereka sangat bersyukur putri mereka dapat selamat. Sungguh, kehidupan bisa berakhir kapan saja. Kehidupan tidaklah kekal. Apakah hewan sungguh lebih rendah dari manusia?

Gajah tersebut sangat peka dan dapat merasakan bahwa ada sesuatu yang berbahaya yang akan datang dari laut. Manusia tidak merasakannya, tetapi ia merasakannya dan segera membawa gadis itu meninggalkan tempat tersebut. Jika tidak, saat ombak besar itu menerjang, gadis itu pasti akan hanyut terbawa ombak. Inilah ketidakkekalan dan juga keajaiban hidup. Semua makhluk memiliki hakikat kebuddhaan.


Kisah ini sangatlah menyentuh dan menunjukkan bahwa semua makhluk memiliki hakikat kebuddhaan. Bodhisatwa mengajari kita untuk tak hanya mengasihi dan melindungi sesama manusia, melainkan semua makhluk hidup. Kita hendaknya melindungi semua makhluk. Bodhisatwa membimbing kita tanpa pamrih. Mereka hanya ingin membimbing kita untuk menaati hukum alam, belajar menjadi orang yang baik, dan tahu membalas kebaikan orang lain.

Sumber: Program Master Cheng Yen Bercerita (DAAI TV)
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, (DAAI TV Indonesia)
Seulas senyuman mampu menenteramkan hati yang cemas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -