Master Bercerita: Mahabhiksu Katyayana dan Raja Mandha
Di antara para murid
Buddha, Katyayana adalah yang terunggul dalam memberi wejangan. Karena itu,
Buddha sering mengutusnya pergi membabarkan Dharma. Saat berhadapan dengan
banyak orang atau pun sedikit orang, beliau selalu dapat membantu orang melenyapkan
noda batin.
Raja Mandha sangat
mengasihi rakyatnya. Selain itu, sang raja juga sangat mengasihi permaisurinya.
Tiba-tiba, sang permaisuri menderita penyakit. Hingga akhirnya meninggal dunia.
Sejak itu, Raja Mandha menolak untuk makan dan minum. Dia juga tidak
memedulikan urusan negara. Dia tidak ingin mengebumikan dan mengkremasikan sang
permaisuri. Dia menggunakan minyak wijen untuk merendam sang permaisuri. Setiap
hari dia meratap di sana."Kamu bukalah matamu untuk melihatku."
Menterinya sangat
khawatir. Dia segera mengundang Katyayana untuk masuk ke istana. Sebelum masuk
ke istana, Katyayana mematahkan sebatang ranting pohon. Dengan membawa ranting
pohon dan daun, beliau masuk ke dalam istana. Saat melihat Katyayana, sang raja
berkata, "Yang Mulia, akhirnya Anda datang.Mohon Anda selamatkan
permaisuri saya."
Katyayana
memperlihatkan ranting pohon di tangannya dan berkata, "Anda lihat ranting
pohon ini.Saya mematahkannya dari sebatang pohon yang lebat. Apa yang akan
terjadi padanya beberapa hari kemudian? “Rantingnya akan mongering dan daunnya
akan berubah kuning serta terlepas dari ranting pohon.” Apakah kita dapat
mengembalikan ranting ini ke pohonnya?" "Tidak mungkin. Ranting pohon
yang sudah patah mana mungkin dapat kembali bertumbuh daun." "Ya, permaisuri
bagaikan ranting pohon ini."Dia tidak akan pernah kembali membuka mata
untuk melihatmu lagi. Dia tidak akan pernah menjawabmu lagi."
Sang raja
menjawab,"Namun, dia adalah permaisuri yang paling kucintai seumur hidup
ini." Katyayana menjawab, "Meski permaisuri tak dapat kembali lagi, tetapi
Anda masih dapat memperluas cinta kasih Anda untuk mengasihi rakyat Anda.
Dengan begitu, maka semua orang akan hidup dengan bahagia.Berdoalah dengan
tulus semoga kondisi iklim dapat bersahabat. Gunakanlah cinta kasih untuk
membimbing rakyatmu agar seluruh rakyatmu dapat hidup gembira.Dengan begitu, hati
semua rakyat akan berpihak padamu. Selain permaisuri yang mengasihimu, ada
banyak orang yang juga mengasihimu. Pikirkanlah, bukankah cinta kasih ini bisa
mendatangkan kebahagiaan?" Setelah itu, sang raja dapat menerima kepergian
permaisurinya.
Singkat kata, kekuatan cinta kasih sangat besar. Ia dapat membuat seseorang terpuruk. Kekuatan cinta kasih juga dapat menjangkau rakyat di seluruh negeri.
Inilah ajaran Buddha.
Ajaran Buddha mengajarkan kepada kita untuk membuka hati dan melenyapkan noda
batin. Jika hanya berlatih sendiri, maka hanya kita seorang yang terbebaskan. Sesungguhnya,
kita dapat memberi manfaat bagi banyak orang. Inilah prinsip kebenaran yang
kita cari.
Suatu kali, ada seorang brahmana yang karena sangat penasaran, dia datang bertanya kepada Katyayana. Dia berkata, "Manusia sering saling bertikai satu sama lain. Antarsesama brahmana yang melatih diri juga dapat saling bertikai
akibat pandangan dan
pemahaman yang berbeda-beda. Bahkan para bangsawan yang berstatus sosial tinggi
seperti raja, menteri, dan lain-lain, juga saling bertikai.Mereka yang
berkedudukan tinggi masih saling bertikai.Sesungguhnya, apa penyebabnya?" Katyayana
menjawab dengan sederhana, "Ketamakan dan kemelekatan membuat manusia
saling bertikai."
Brahmana itu kembeli
bertanya, "Kabarnya antarsesama bhiksu bhiksuni juga saling
bertikai.Mengapa demikian? Bukankah bhiksu berada di dalam Sangha yang menerima
ajaran Buddha?" Katyayana menjawab, "Mereka memiliki pandangan
keakuan dan kemelekatan terhadap Dharma. Setiap orang memiliki pandangan dan
keakuan masing-masing. Karena noda batin mereka belum terlenyapkan, mereka
memiliki kemelekatan terhadap ajaran yang dibabarkan Buddha. Semua orang
memiliki pemahaman yang berbeda-beda."
Brahmana ini kembali
bertanya,"Siapa yang terbebas dari ketamakan, pandangan keakuan, dan
kemelekatan terhadap Dharma? Siapa yang dapat memurnikan hati, bebas dari
ketamakan, bebas dari pandangan keakuan, bebas dari kemelekatan terhadap
Dharma, serta dapat mempraktikkan Dharma secara sempurna? Siapa yang dapat
melakukannya?" Katyayana menjawab, "Guru saya, Buddha Sakyamuni dapat
melakukannya."
Setelah memahami
kebenaran yang diajarkan Buddha, Katyayana kembali berbagi ajaran kepada
brahmana tersebut. Brahmana dapat menerimanya karena dia tahu bahwa setiap
kebenaran yang dikatakan oleh Katyayana adalah benar. Karena itu, dia
menghormati Buddha Sakyamuni dari lubuk hati.
Demikianlah cara Katyayana menginspirasi sesama. Katyayana adalah murid Buddha yang terunggul dalam dalam memberi wejangan. Orang-orang sangat mengagumi caranya dalam membabarkan ajaran Buddha. Selain dikagumi oleh para bhiksu di dalam Sangha, Buddha juga sangat memujinya. Praktisi dari ajaran lain juga sangat menghormati Katyayana. Ajaran yang dibabarkan olehnya dapat diterima oleh semua orang.