Master Bercerita: Monyet dan Labi-labi

Dalam segala hal, terkandung kebenaran yang harus kita pahami. Lihatlah kereta api yang begitu panjang. Setiap gerbong dikaitkan pada gerbong di depannya dan hanya terdapat satu lokomotif. Namun, mengapa kereta api bisa tetap berjalan pada jalurnya? Berkat kedua batang besi di bawahnya. Karena itulah, jalur kereta api disebut rel kereta api.

Jika sebuah kereta api sudah masuk ke relnya, maka tidak peduli mengangkut berapa banyak orang, kereta api tersebut pasti bisa sampai tujuan dengan stabil dan selamat. Bukankah keseharian kita juga demikian? Jika setiap orang bisa menaati aturan dan berjalan di jalan yang benar tanpa menyimpang sedikit pun, maka hidup kita akan tenteram.  Kita sering berkata bahwa sulit untuk terlahir kembali sebagai manusia. Karena itu, kita harus menghargai waktu.


Suatu kali, di vihara, Buddha berbagi prinsip kebenaran dengan para murid-Nya prinsip kebenaran dengan para murid-Nya  tentang bagaimana memanfaatkan tubuh kita, menjaga pikiran kita, dan melatih diri dalam keseharian. Buddha berkata bahwa terkadang, sebersit pikiran yang menyimpang bisa membuat kita tersesat. Karena itu, Buddha berbagi sebuah kisah.

Ada sepasang kakak beradik yang keduanya sangat cerdas. Sang kakak mengajak adiknya berdagang perhiasan ke daerah lain. Mereka berdagang semakin jauh. Tanpa disadari, mereka menjangkau negara lain. Sang kakak berkata pada adiknya, "Juallah perhiasan yang mahal dan berkualitas tinggi ini kepada raja." Sang adik yang cerdas pun membawa perhiasan ke dalam istana.

Melihat penampilan pedagang perhiasan yang rupawan, raja sangat senang dan ingin menikahkan tuan putri padanya. Sang raja pun menyampaikan niatnya. Sang adik sangat senang mendengarnya. Dia pulang dan memberi tahu kakaknya. Setelah mendengarnya, sang kakak merasa bahwa pernikahan adalah hal penting. Dia seharusnya pergi ke istana untuk menemui sang raja.


Melihat sang kakak yang lembut dan berwibawa, sang raja merasa lebih senang lagi. Tuan putri juga sangat menyukainya. Karena itu, sang raja ingin menikahkan putrinya pada sang kakak. Sang kakak merasa sangat heran karena dalam waktu singkat, sang raja langsung berubah pikiran. Dia merasa bahwa raja ini tidak cocok untuk berbesan dengan mereka. Dia pun meninggalkan istana tersebut.

Tuan putri lalu naik ke atas tembok pertahanan. Di dalam hatinya tumbuh rasa benci. Dia mengucapkan sumpah serapah di sana. "Meski tidak bisa mendapatkanmu sekarang, tetapi di kehidupan mendatang, saya pasti akan menggerogoti jantung dan hatimu meski harus menjadi setan atau serangga beracun."

Setelah waktu yang sangat lama, di salah satu kehidupan mendatang mereka, sang kakak terlahir menjadi seekor monyet. Sang adik dan tuan putri terlahir menjadi labi-labi di sungai dan menjadi suami istri. Suatu hari, labi-labi betina berkata bahwa dia jatuh sakit dan sangat ingin memakan jantung dan hati monyet itu.


Labi-labi jantan ingin mewujudkan harapan istrinya. Saat monyet itu turun dari pohon untuk meminum air di tepi sungai, labi-labi jantan muncul di permukaan sungai dan berkata padanya, "Pernahkah kamu mendengar musik terindah di dunia ini?" Monyet menjawab, "Tidak pernah." Labi-labi jantan berkata, "Itu ada di rumah saya. Saya akan membawamu ke sana."

Monyet itu pun menerima tawarannya. Ia duduk di atas labi-labi itu dan dibawa ke tengah sungai. Akhirnya, labi-labi itu tidak tahan lagi dan berkata kepada monyet itu, "Bagaimana mungkin ada musik terindah di dunia ini?" "Tidak ada. Sesungguhnya, istri sayaingin memakan jantung dan hatimu."

Mendengar perkataannya, monyet berkata,"Aduh, mengapa tidak memberi tahu saya lebih awal? Jantung dan hati saya digantung di atas pohon sekarang. Jika kamu memberi tahu saya tadi, saya akan sekalian membawanya." Labi-labi pun berkata, "Saya akan mengantarmu pulang. Kamu lekas ambil jantung dan hatimu." Jadi, monyet itu diantar pulang oleh labi-labi. Setelah tiba di tepi sungai, monyet itu berkata, "Labi-labi yang menyedihkan. Di dunia ini, siapa yang akan menggantungkan jantung dan hatinya di atas pohon?"


Bercerita sampai di sini, Buddha berkata pada para murid-Nya, "Tahukah kalian bahwa monyet itu adalah salah satu kehidupan lampau-Ku? Di kehidupan lampau, Aku lahir di alam manusia." Meski kita sangat beruntung bisa terlahir di alam manusia, tetapi kita harus menaati sila dan tidak boleh melampaui batas."

Kita harus berpegang pada sila. Dengan berpegang pada sila, kita bisa mempraktikkan ajaran kebajikan. Tanpa berpegang pada sila, kita tak bisa mempraktikkan ajaran kebajikan. Saat terlahir sebagai manusia, sang kakak sangat taat pada sila.

Namun, karma buruknya di kehidupan lampau membuatnya terlahir sebagai monyet setelah meninggal dunia. Meski terlahir sebagai monyet, dia tetap menjaga kemurnian pikirannya. Hanya saja, timbul keinginan untuk mendengar musik yang indah sehingga dirinya hampir celaka. Kedua ekor labi-labi itu, yang betina adalah putri raja dan yang jantan adalah adiknya.


Buddha juga menjelaskan bahwa sang adik telah terlahir sebagai Devadatta. Devadatta memang sangat cerdas. Hanya saja, pikirannya mudah terpengaruh oleh lingkungan luar sehingga sering menentang Buddha dan berusaha mencelakai Buddha. Semuanya berawal dari pikiran.

Saudara sekalian, pikiran sangatlah penting. Kita harus memanfaatkan tubuh ini untuk melangkah maju selangkah demi selangkah tanpa menyimpang dari jalan yang benar.

Luangkan sedikit ruang bagi diri sendiri dan orang lain, jangan selalu bersikukuh pada pendapat diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -