Master Bercerita: Pedagang Ikan dan Burung Elang

Saya sering berkata bahwa jika bisa memikul tanggung jawab, setiap orang bisa mengembangkan kemampuan. Sebesar apa kemampuan kita, sebanyak itulah hal yang kita lakukan. Contohnya burung-burung di luar. Mereka memiliki tanggung jawab dan kemampuan.

Lihatlah, mereka bisa terbang bebas di angkasa serta berkicau dengan lantang dan merdu sehingga menciptakan suasana yang semakin hidup. Inilah tanggung jawab sekaligus kemampuan mereka.

Begitu pula dengan manusia. Tanggung jawab kita ialah menunaikan kewajiban masing-masing dan kemampuan kita ialah melayani masyarakat dan menjadi teladan bagi generasi penerus. Inilah tanggung jawab dan kemampuan kita.

Namun, ada sebagian orang yang hanya ingin memamerkan kemampuan, tetapi tidak menyadari tanggung jawab mereka. Jika demikian, arah hidup mereka akan menyimpang.

Zaman sekarang, banyak orang yang membandingkan diri sendiri dengan orang yang sukses, tetapi mereka tidak mengukur kemampuan diri sendiri sehingga melakukan hal-hal yang berada di luar kemampuan mereka. Hasilnya, mereka gagal total. Ini sungguh menakutkan.

Saya akan berbagi sebuah kisah singkat.

Ada seorang anak muda yang mencari nafkah dengan berdagang ikan. Suatu hari, sambil meneriakkan dagangannya, dia memperhatikan sekeliling untuk melihat apakah ada orang yang ingin membeli ikannya.

Saat itu, ada seekor burung elang yang tiba-tiba terbang menghampirinya dan menyambar seekor ikan dari tangannya. Pedagang ikan itu sangat marah dan berteriak dengan lantang pada burung elang itu. Burung elang itu terbang semakin tinggi dan jauh.

Pedagang ikan itu sangat marah dan berkata, "Sayang, saya tidak punya sayap dan tidak bisa terbang di angkasa. Jika tidak, saya tidak akan melepaskannya."

Dari rumahnya ke kota, dia selalu melewati sebuah kuil Ksitigarbha. Hari itu, saat akan pulang ke rumah, dia berlutut di depan kuil dan berdoa. Dia melakukannya setiap kali pulang dan pergi. Dia berdoa dua kali dalam sehari dengan sungguh-sungguh.

Ada beberapa anak muda yang merasa heran dan ingin tahu mengapa dia berdoa di sana setiap hari.

Salah seorang di antara mereka berkata, "Pedagang ikan ini berdoa setiap hari agar bisa menjadi seekor burung elang dan terbang di angkasa." Dia berkata, "Dia hanya berdoa seperti ini, kapan doanya akan terkabul? Mari kita isengi dia."

Keesokan harinya, beberapa anak muda itu terlebih dahulu bersembunyi di belakang patung Bodhisatwa Ksitigarbha. Pedagang ikan itu pun datang dan berdoa di sana.

Salah satu anak muda di belakang patung berkata, "Berhubung engkau begitu khidmat, maka Aku akan mengabulkan keinginanmu. Temukanlah pohon tertinggi di desa ini dan panjatlah pohon itu untuk mencoba terbang." Pedagang ikan itu sangat gembira.

Dia mencari di seluruh desa hingga menemukan pohon tertinggi. Dia pun mulai memanjat pohon. Berhubung pohon itu sangat tinggi, maka saat memanjat pohon, dia juga sangat khawatir. Namun, dia yakin pada kata-kata Bodhisatwa Ksitigarbha.

Setelah memanjat ke puncak pohon, dia melihat ke bawah dan mulai bersiap-siap untuk terbang.

Beberapa anak muda itu juga mengikutinya hingga ke bawah pohon dan sengaja berkata, "Lihat, di atas pohon sepertinya ada seekor burung elang. Apakah burung elang ini bisa terbang?"

Anak muda lain berkata, "Burung elang pasti bisa terbang."

Mendengar pembicaraan mereka, pedagang ikan itu sangat gembira karena merasa bahwa dirinya telah menjadi seekor burung elang. Dia pun membentangkan kedua tangannya dan melompat dari atas pohon. Namun, dia merasa bahwa dirinya jatuh dan sangat takut.

Beruntung, dia mendarat di atas tanah berlumpur yang dipenuhi rumput. Tentu saja, dia tetap mengalami luka ringan.

Beberapa anak muda itu lalu mendekatinya dan tertawa.

Pedagang ikan itu berkata, "Apa yang kalian tertawakan? Sayap saya hanya patah. Saya bukan tidak bisa terbang."

Kisah ini mengingatkan kita bahwa untuk mengembangkan kemampuan, kita harus memikul tanggung jawab dahulu. Tidak memikul tanggung jawab dan hanya berpikir untuk melakukan sesuatu tanpa mengukur kemampuan diri sendiri, itu adalah perbuatan yang sangat berbahaya. Jadi, yang terpenting ialah memikul tanggung jawab.

Orang yang memikul tanggung jawab baru bisa mengembangkan kemampuan. Jika kita tidak memikul tanggung jawab dan melakukan hal yang melampaui kemampuan, konsekuensinya sungguh tidak terbayangkan. Jadi, kita harus mengingat tanggung jawab kita dan lebih bersungguh hati.

Jika kita melupakan tanggung jawab kita, pelatihan diri kita akan penuh rintangan, diri kita juga akan dipenuhi noda batin. Jadi, kita harus senantiasa ingat bahwa kemampuan kita bergantung pada kesungguhan hati.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus memiliki prioritas dan disiplin dalam melakukan segala hal. Kita harus melakukan segalanya dengan rapi dan menggunakan sumber daya seperlunya saja. Inilah aturan yang harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Saudara sekalian, semua perilaku berawal dari pikiran. Jika bisa menjaga pikiran dengan baik, secara alami, perilaku kita juga akan baik.

Sumber: Program Master Cheng Yen Bercerita (DAAI TV)
Penerjemah : Hendry, Karlena, Marlina, (DAAI TV Indonesia)
Penyelaras : Khusnul Khotimah
Kebahagiaan berasal dari kegembiraan yang dirasakan oleh hati, bukan dari kenikmatan yang dirasakan oleh jasmani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -