Master Bercerita: Penglihatan Makhluk Surgawi
Apakah setiap orang dari kita sudah menjaga pikiran dengan baik? Kita harus menjalani kehidupan yang bersahaja, bebas dari nafsu keinginan, dan terlepas dari berbagai kondisi dan nafsu. Jika bisa melewati setiap hari sesuai dengan hukum alam, tidak membangkitkan niat buruk, dan tidak perhitungan dengan sesama, maka kita tak akan terjerumus dalam pandangan keliru.
Orang zaman dahulu berkata bahwa manusia hidup menderita karena adanya tubuh ini. Dari mana karma buruk berasal? Dari perbuatan kita sendiri. Bagaimana karma buruk bisa tercipta? Dari perbuatan lewat tubuh kita. Tak peduli bagaimana kondisi luar mengganggu pikiran kita, asalkan tubuh kita tidak bereaksi, maka karma buruk tidak akan tercipta.
Saat kondisi luar mengganggu pikiran kita, kita harus bisa mengendalikan tubuh untuk tidak melakukan kesalahan. Dengan begitu, maka hanya pikiran kita yang terpengaruh, tetapi kita tidak menciptakan karma buruk. Jadi, semua penderitaan di dunia ini bersumber dari tubuh kita. Saat tubuh kita bereaksi tehadap segala sesuatu, kita bisa menciptakan karma baik atau karma buruk.
Karena itu, kita harus berterima kasih kepada tubuh ini yang memungkinkan kita menciptakan banyak karma baik. Ada seorang makhluk surgawi yang melihat seorang setan sedang memukuli setumpuk tulang. Selain memukulinya, setan itu juga menghujatnya dengan penuh amarah.
Melihatnya, makhluk surgawi itu merasa sangat aneh. Tumpukan tulang dan setan kecil itu memiliki dendam seperti apa? Karena penasaran, makhluk surgawi itu bertanya padanya, "Mengapa kamu memukuli tumpukan tulang ini dengan penuh kemarahan?" Setan kecil itu menjawab, "Saya terlahir ke alam setan dan mengalami penderitaan seperti ini semua karenanya."
Makhluk surgawi bertanya, "Dia siapa?" "Dia adalah saya." "Mengapa kamu memukuli tulangmu sendiri?" "Karena saat masih hidup, saya melakukan banyak kejahatan sehingga menciptakan banyak karma buruk. Lima Karma Celaka dan Sepuluh Kejahatan, semuanya pernah saya lakukan. Karena itu, setelah meninggal dunia, saya hidup menderita setiap hari karena terlahir sebagai setan. Saya membencinya. Karena itu, saya memukulinya."
Mendengar itu, makhluk surgawi itu merasa ini semua sangat menakutkan. Segala perbuatan kita di alam manusia bisa membawa berkah ataupun bencana. Jika berbuat jahat, kita akan menderita di alam rendah. Setelah menyadari hal ini, makhluk surgawi itu kembali melanjutkan perjalanan.
Dia kembali melihat seorang makhluk surgawi lain memberi hormat kepada setumpuk tulang dengan penuh rasa hormat. Makhluk surgawi ini mendekat dan bertanya padanya, "Mengapa kamu yang sudah terlahir di alam surga masih berada di sini untuk memberi hormat pada setumpuk tulang ini?"
Makhluk surgawi lain menjawab, "Saya
berterima kasih kepada setumpuk tulang saya ini karena saat masih hidup, saya selalu
berbuat baik dan berbakti. Saya
membantu orang banyak dan menciptakan banyak berkah. Karena itu, setelah
meninggal dunia, saya bisa terlahir di alam surga dan merasakan kenikmatan setiap hari. Karena itu, saya sangat berterima kasih kepada
setumpuk tulang ini."
Ya, keduanya sama-sama tumpukan tulang. Karena perbuatan buruk semasa hidup, seseorang harus mengalami penderitaan karena terlahir di alam rendah. Sementara itu, orang yang banyak berbuat baik bisa terlahir di alam surga. Penderitaan dan berkah, semuanya bergantung pada perbuatan kita semasa hidup.
Karena itu, kita harus memanfaatkan tubuh ini dengan baik untuk melatih diri. Setiap hari kita mempelajari Dharma. Sutra menunjukkan jalan, dan jalan harus dipraktikkan. Dengan mempelajari Dharma, kita bisa menemukan jalan hidup kita. Setelah menemukan jalan yang benar, kita harus segera bergerak untuk menapakinya.
Jadi, tubuh adalah sarana untuk melatih diri. Kita sendiri harus membentangkan Jalan Bodhisatwa yang lurus dan lapang. Saat tubuh kita bersentuhan dengan kondisi luar, suara dan rupa di dunia ini bisa memicu kita melakukan perbuatan buruk. Jadi, dalam menghadapi segala kondisi luar, kita tetap harus menjaga perilaku kita agar sesuai dengan Dharma.
Kita harus memiliki Dharma di dalam hati dan di dalam tindakan. Dengan memiliki Dharma di dalam hati, secara alami segala perbuatan kita akan bisa membawa kebajikan. Di tengah banyaknya makhluk hidup, kita tidak akan terjerumus akibat tubuh ini. Kita akan bisa melangkah dengan mantap di Jalan Bodhisatwa.
Kita tidak akan berjalan menyimpang atau masuk ke dalam jebakan. Kita harus menggunakan kebijaksanaan untuk memanfaatkan tubuh kita ini guna melakukan hal yang bermanfaat bagi dunia. Inilah yang disebut mengembangkan welas asih dan kebijaksanaan lewat tubuh kita ini. Tanpa tubuh ini, bagaimana kita bisa berbuat baik? Kita harus mengembangkan kebijaksanaan untuk membedakan yang benar dan salah. Karena itu, dikatakan bahwa dalam era sekarang ini diperlukan pemahaman atas benar dan salah.