Master Bercerita: Salah Membunuh Anjing Setia
Orang zaman dahulu berkata, "Binalah pikiran baik dan lakukanlah perbuatan baik." Benar, kita harus membina pikiran baik dan melakukan perbuatan baik. Ini merupakan tujuan yang sangat penting dalam pelatihan diri kita. Saat melakukan sesuatu, janganlah kita melakukan perbuatan buruk ataupun membangkitkan pikiran buruk. Dengan demikian, penderitaan tidak akan timbul.
Saat hendak melakukan sesuatu, kita hendaklah waspada dan jangan pernah melakukan perbuatan buruk. Kita bahkan tidak boleh membangkitkan sebersit pikiran buruk. Jika kita tidak membangkitkan pikiran buruk dan tidak melakukan perbuatan buruk, penderitaan tentu tidak akan timbul dan kita tidak akan merasakan penderitaan.
Orang-orang sering berkata, "Kamu tetap melakukannya meski sudah dilarang. Penderitaan yang kamu rasakan sekarang merupakan akibat dari perbuatanmu sendiri." Kita sering mendengar ucapan seperti ini. Jadi, kita harus bersungguh-sungguh menjaga pikiran. Tanpa adanya dendam, kebencian, dan pertikaian, pikiran kita akan tenang. Ini merupakan kondisi yang paling damai dan bahagia.
Bagaimana agar kita dapat damai dan bahagia? Kita jangan bermusuhan dengan orang lain. Bagaimana agar kita tidak bermusuhan dengan orang lain? Kita harus terbebas dari kebencian. Jangan mudah marah ataupun bersikap perhitungan dengan orang lain.
Saat kita bersikap perhitungan, tentu akan timbul pertikaian. Jadi, janganlah kita marah, bertikai, atau bersikap perhitungan dengan orang lain. Dengan demikian, pikiran kita akan senantiasa tenang dan kita akan merasa damai dan bahagia setiap hari. Jadi, memiliki pikiran yang damai dan bahagia merupakan hal yang paling menggembirakan dan membahagiakan dalam hidup ini.
Ada sepasang suami istri muda yang sangat menyayangi satu sama lain. Sang istri tengah mengandung dan mereka mendambakan seorang anak yang manis. Menjelang masa persalinan, mereka dipenuhi harapan. Tidak disangka, sang istri mengalami distosia. Anak mereka selamat, tetapi sang istri meninggal dunia.
Sang suami masih sangat muda. Berhubung sangat menyayangi istrinya, dia pun tidak berencana untuk menikah lagi. Dia berharap dapat membesarkan anaknya dengan baik. Jadi, dia sepenuh hati membesarkan anaknya. Namun, seiring waktu, dia mulai merasakan tekanan ekonomi sehingga dia harus mencari nafkah.
Bagaimana dengan anaknya? Dia melatih seekor anjing untuk menjaga anaknya. Anjing ini sangatlah pintar. Asalkan susu telah diseduh terlebih dahulu, maka begitu waktunya tiba, anjing ini akan membawa botol bayi ke bayi itu agar dia dapat meminumnya. Itu sungguh tidak terbayangkan. Selama beberapa waktu, sang ayah merasa sangat tenang. Ada anjing ini yang menjadi pengasuh putranya, dia bisa merasa tenang.
Suatu hari, karena harus menguber pekerjaan, dia tidak sempat pulang ke rumah. Namun, dia sangat memercayai anjing itu. Keesokan paginya, dia baru pulang ke rumah. Melihat tuannya pulang, anjing itu sangat senang dan segera keluar untuk menyambutnya. Namun, mulut anjing itu berlumuran darah. Tuannya merasa sangat aneh. Dia pun mulai mencari putranya.
Namun, dia tidak bisa menemukan putranya. Dia berpikir, "Apakah anjing ini telah menggigit anak saya hingga tewas?" Melihat mulut anjing yang berlumuran darah, dia merasa bahwa ia pasti telah membunuh anaknya. Tidak ada pemikiran lain dalam benaknya selain anjingnya telah membunuh anaknya. Karena itu, timbullah pikiran buruk. Dia lalu mengambil sebilah pisau dan membunuh anjing itu.
Setelah membunuh anjing itu, dia baru mendengar tangisan putranya. Dia mengikuti suara tangisan itu hingga akhirnya menemukannya di kolong ranjang. Anaknya pun merangkak keluar. Anaknya dalam keadaan baik-baik saja. Saat itu, dia baru melihat seekor serigala di samping pintu. Dia pun tersadarkan. Ternyata, serigala itu hendak menggigit putranya. Anjingnyalah yang melawan serigala itu.
Anjingnya kehilangan sepotong daging di kakinya karena digigit serigala itu. Daging itu ada di mulut serigala dan serigala itu pun terluka. Di lehernya terdapat sebuah luka besar yang membuatnya sekarat. Saat itu, dia baru menyadari kesalahannya. Dia tidak sempat menghentikan pikiran buruk yang timbul sehingga membunuh anjing itu.
Memiliki pikiran benar sangatlah penting. Jika pikiran kita dapat senantiasa tenang, tentu pikiran buruk tidak akan terbangkitkan. Saya sering berkata bahwa menyimpang sedikit saja, kita akan jauh tersesat. Kita harus memiliki arah tujuan yang benar dan keyakinan benar. Dengan adanya keyakinan benar, pelatihan diri kita tidak akan menyimpang.
Keburukan yang sudah timbul harus segera dihentikan. Kita harus bersungguh-sungguh menjaga pikiran kita. Jika tidak, pikiran kita akan menyimpang. Jika pikiran buruk timbul, seseorang akan melakukan perbuatan buruk. Keburukan yang belum timbul harus dicegah. Kita hendaknya senantiasa mencegah timbulnya ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Janganlah kita membangkitkan pikiran seperti ini.
Tanpa membangkitkan pikiran seperti ini, kelak kita tidak akan tamak akan sesuatu dan saat menghadapi semua orang dan hal, kita akan terbebas dari kebencian dan pertikaian. Alangkah baiknya jika bisa demikian. Kebaikan yang belum timbul harus segera dibangkitkan. Kita harus segera membangkitkan pikiran baik dan membina kebajikan di dalam hati kita.
Kebaikan yang telah timbul harus dikembangkan. Hanya melakukan sedikit kebaikan dan menghindari keburukan tidaklah cukup. Tidak melakukan perbuatan buruk dan menjadi orang baik tentu sangat baik.
Namun, kita hendaknya juga belajar untuk menjadi Bodhisatwa. Jadi, saat melakukan sesuatu, janganlah kita melakukan perbuatan buruk ataupun membangkitkan pikiran buruk. Dengan demikian, penderitaan tidak akan timbul. Begitu pula dengan penyesalan. Tanpa adanya dendam, kebencian, dan pertikaian, pikiran kita akan tenang, damai, dan bahagia.
Sumber: Program Master Cheng Yen Bercerita (DAAI TV)
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto (DAAI TV Indonesia)
Penyelaras: Khusnul Khotimah