Master Bercerita: Suami Istri Memohon Anak
Kehidupan sungguh menderita. Apa penyebab penderitaan? Akumulasi ketamakan, kebencian, kebodohan, dan berbagai kerisauan yang menyebabkan penderitaan di dunia. Jika mau melenyapkan penderitaan, maka kita harus memahami penyebab penderitaan itu. Jika mau memahami penyebabnya, maka harus mencari sumbernya. Dengan begitu, barulah bisa melenyapkannya.
Karena itu, hanya orang yang bijaksana yang dapat memahami bahwa penderitaan itu timbul karena ada sebabnya. Karena itu, kita harus melatih diri untuk melenyapkan pikiran tamak, benci, bodoh, angkuh, dan lain-lain. Butuh selangkah demi selangkah untuk melenyapkan pikiran itu. Tidak hanya tidak menimbulkan pikiran itu, tetapi juga harus berjalan di arah yang benar. Setelah memahaminya, kita harus melatih diri sendiri untuk menjaga pikiran kita.
Pada zaman Buddha, ada sepasang suami istri setiap hari datang ke griya. Mereka melakukan semua pekerjaan yang harus dilakukan para bhiksu. Suatu hari, Buddha melihat suami istri itu menyapu halaman dan bertanya pada sang istri, "Kamu setiap hari datang ke sini untuk menyapu dan menyediakan teh untuk kami, adakah yang kamu inginkan?" Sang istri menjawab, "Buddha, saya bersumbangsih dengan tulus, saya sangat berharap bisa memiliki 4 anak."
Buddha bertanya padanya, "Mengapa kamu sekaligus memohon 4 anak?" Dia menjawab, "Saya berharap anak pertama bisa mencari banyak uang, mendapat banyak harta, dan menjalani hidup tanpa kerisauan." Buddha bertanya padanya, "Bagaimana dengan anak kedua?" "Saya berharap dia bisa memiliki banyak sawah dan rumah.Setiap tahun memanen padi hingga memenuhi lumbung." "Bagaimana dengan anak ketiga?" "Saya berharap dia menjadi pejabat tinggi untuk membanggakan keluarga. Dengan begitu, saya sudah sangat puas."
Buddha bertanya padanya, "Bagaimana dengan anak keempat?" "Saya berharap anak keempat bisa menjadi bhiksu, mengikuti Buddha melatih diri dengan baik dan bisa membimbing makhluk hidup." Setelah mendengarnya, Buddha menganggukkan kepala sambil tersenyum padanya. Tidak lama kemudian, sang istri mengandung dan melahirkan seorang anak. Suami istri itu sangat menyayanginya. Tahun demi tahun anaknya bertumbuh besar.
Suatu hari, dia bertanya pada orang tuanya, "Mengapa kalian begitu menyayangi dan melindungi saya?" Sang ibu pun menceritakan pada anaknya tentang permohonannya pada Buddha. "Kasih sayang yang akan Ibu berikan pada keempat anak, semuanya berfokus pada dirimu." Setelah mendengarnya, anak itu mengingatnya di dalam hati.
Sebelum berumur 20 tahun dia sudah berbisnis dengan orang. Dalam beberapa tahun dia sudah mendapat banyak uang. Dia menggunakan sebagian uangnya untuk membeli tanah pertanian. Pertaniannya sangat berhasil, setiap tahun padi dan beras selalu memenuhi lumbung. Orang tuanya sangat senang. Raja dan pejabat melihat anak muda itu sangat berbakat dan memanggilnya ke istana.
Dalam perbincangan dengannya, raja merasa bahwa dia memiliki cita-cita yang tinggi dalam mengurus pemerintahan. Raja pun mengangkatnya menjadi pejabat tinggi. Berhubung dia sudah menjadi pejabat tinggi, berarti sudah membanggakan keluarga. Suatu hari, dia berkata pada orang tuanya, "Kehidupan tidaklah kekal, pada akhirnya kita tidak akan memiliki apa pun. Apakah sekarang saya sudah boleh menjadi bhiksu? Saya bisa bergabung dengan Sangha dan mencari kebenaran untuk membimbing makhluk hidup." Orang tuanya juga tidak melupakan harapan yang mereka mohon kepada Buddha, maka membiarkan anaknya menjadi bhiksu.
Inilah kehidupan. Permintaan sang istri sangat banyak, tetapi Buddha tetap mewujudkan harapannya. Meski permohonannya adalah memiliki 4 anak, tetapi dia hanya memiliki satu anak. Seorang anak bisa mewujudkan 4 macam harapan. Terakhir, menjadi bhiksu merupakan keinginan finalnya. Jadi, kita bisa memohon berapa banyak? Sang istri memohon begitu banyak, tetapi sesungguhnya hanya satu pikirannya yang benar.
Jadi, asalkan kita memiliki pikiran yang benar, harapan apa pun bisa terwujud. Mengejar kekayaan selamanya tidak ada habisnya. Memohon beras dan padi selamanya memenuhi lumbung, apakah itu mungkin terjadi? Itu adalah hal yang tidak mungkin terjadi. Suatu hari, pasti akan ada kondisi cuaca buruk. Rasa kecewa itu akan membawa penderitaan. Menjadi pejabat akan lebih parah lagi. Jika berpikiran menyimpang, maka akan mengakibatkan kerugian besar bagi negara.
Untuk benar-benar membawa manfaat bagi negara dan masyarakat, haruslah mempertahankan pikiran benar agar menciptakan berkah bagi masyarakat. Kebenaran membuat kita memahami nilai kehidupan, membuat kita melepaskan harta benda di dunia, dan membuat kita memahami bahwa penderitaan yang kita alami merupakan akibat dari perbuatan kita. Dengan mencari kebenaran barulah bisa mengetahui bencana dan berkah. Prinsip kebenaran bersifat abadi di dunia. Dengan mempertahankan prinsip kebenaran, maka bisa membuat masyarakat harmonis dan mengurangi bencana di dunia. Ini barulah tujuan sebenarnya kita di dunia.