Master Bercerita: Surat Cerai
Terhadap sesama, kita harus lebih lapang hati dan jangan terlalu perhitungan. Selain itu, kita juga harus penuh pengertian dan toleransi dalam kehidupan sehari-hari.
Konflik antarsesama manusia berasal dari perbuatan, ucapan, dan pikiran. Jika tidak berhati-hati, kita mungkin akan melakukan hal yang membuat orang lain merasa kesal, dendam, dan benci pada kita. Jadi, kita harus berhati-hati dalam segala gerak-gerik kita, termasuk ekspresi wajah.
Kita harus menjaga pikiran dengan baik serta memperhatikan tutur kata dan ekspresi wajah kita. Kita harus memperhatikan tutur kata agar keharmonisan antarsesama terjaga, tidak menimbulkan perselisihan yang merusak hubungan antarsesama, dan tidak melukai orang lain. Ini yang harus diperhatikan dalam bertutur kata.
Setiap kali mendengar dan berbicara, kita harus bersungguh hati. Saat berinteraksi dengan orang lain, kita harus memperhatikan tata krama, ekspresi wajah, dan sebagainya. Demikianlah hendaknya kita memperlakukan sesama.
Jika perbuatan, ucapan, dan pikiran kita menyimpang sedikit saja, kita bukan hanya bisa melukai diri sendiri, juga bisa membawa masalah bagi orang lain.
Saya masih ingat sebuah kisah pada zaman dahulu. Lü Mengzheng adalah seorang pengemis yang tempat tinggalnya sangat bobrok. Meski hidup miskin, dia adalah orang terpelajar yang gemar belajar.
Suatu hari, dia mengemis di jalan. Ada seorang gadis sedang memilih suami dengan melempar bola sulam. Kebetulan, bola itu jatuh di tangan Lü Mengzheng. Jadi, dia pun menjadi suami gadis tersebut.
Meski tidak disetujui oleh orang tua, gadis itu tetap memilih tinggal bersamanya. Gadis itu berkata padanya, "Kamu memiliki banyak pengetahuan. Janganlah terus mengemis di luar. Itu adalah perbuatan yang tidak beraspirasi. Kamu sangat jago menulis, bisa menulis kuplet dan menjualnya di jalan."
Dia juga merasa bahwa dia hendaknya mencari nafkah dengan kemampuan sendiri. Jadi, dia membuka lapak dan menulis kuplet.
Suatu hari, ada seorang pria yang datang dengan marah, lalu duduk di samping lapaknya dan berkata, "Tuan, tolong tuliskan surat cerai untuk saya." Berhubung bisa mendapat uang, dia pun menulis surat cerai untuk pria itu.
Setelah pulang ke rumah, dia dengan gembira berkata pada istrinya, "Hari ini saya mendapat lebih banyak uang karena membantu seorang pria menulis surat cerai."
Mendengar ucapannya, istrinya berkata, "Tidak mengherankan, biasanya keningmu selalu sangat cemerlang, tetapi hari ini, kecemerlangan itu sudah tiada. Ini adalah perbuatan yang tidak bermoral. Apakah kamu tahu betapa sedihnya seorang wanita yang diceraikan? Kamu harus lekas mencari cara untuk mengambil kembali surat cerai itu."
Dia pun segera kembali untuk mencari pria yang ingin menceraikan istrinya itu. Saat tiba di rumah pria itu, dia melihat istrinya bercucuran air mata dan memohon sang suami tidak menceraikannya.
Lü Mengzheng berkata, "Tuan, istrimu adalah seorang istri yang baik. Berhubung telah menjadi suami istri, tanggung jawab kita sebagai suami ialah memberikan perhatian dan kasih sayang. Bagaimana boleh Tuan menceraikannya karena tidak menyukainya? Ini tidaklah bermoral."
Pria itu berkata, "Ini bukan urusanmu. Saya sudah lama menanti kesempatan ini. Saya tidak mungkin berubah pikiran."
Lü Mengzheng berkata padanya, "Ini adalah urusan rumah tanggamu, tetapi karena membantumu menulis surat cerai, saya mungkin akan diceraikan oleh istri saya. Ini adalah masalah yang sangat serius. Jadi, saya akan mengembalikan uangmu dan mengambil kembali surat cerai ini. Saya tetap ingin menasihatimu untuk menyayangi istrimu yang begitu taat, berbudi luhur, dan lembut." Kemudian, dia meninggalkan rumah pria itu.
Setelah dia pulang ke rumah, istrinya dengan gembira berkata, "Kecemerlangan di keningmu sudah kembali. Melihat wajahmu begitu cemerlang, masa depanmu pasti sangat cerah. Saya harap kamu bisa mengikuti ujian negara. Kamu pasti akan berhasil."
Sejak saat itu, dia belajar dengan tekun. Kemudian, dia mengikuti ujian di ibu kota. Sesuai doa istrinya, dia lulus ujian dengan peringkat pertama.
Ini merupakan kisah zaman dahulu yang sangat terkenal. Dari sini bisa diketahui bahwa menimbulkan perselisihan dan memutus jalinan jodoh orang lain merupakan hal yang tidak baik dan tidak bermoral. Istri yang bijaksana ini menasihatinya untuk segera memperbaiki kesalahan yang telah dilakukannya sehingga bisa menyelamatkan sebuah rumah tangga dari kehancuran.
Beberapa hari kemudian, pasangan suami istri itu berkunjung dengan membawa hadiah sebagai wujud balas budi.
Pria itu berkata, "Terima kasih telah kembali untuk mengambil surat cerai itu. Saya menyadari bahwa istri saya sangat baik. Setelah menenangkan pikiran, saya menyadari banyak kelebihannya. Dia juga telah mendampingi saya melewati berbagai kesulitan. Pikiran saya sudah terbuka. Keutuhan rumah tangga saya bisa terjaga, saya berterima kasih padamu."
Setelah menenangkan pikiran, pria itu bisa melihat segalanya dengan tenang dan damai.
Lihatlah Lü Mengzheng, dengan menulis sepucuk surat cerai saja, masa depannya mungkin akan berubah total. Beruntung, dia segera mengambilnya kembali dan memperbaiki hubungan suami istri itu sehingga nilai moralnya meningkat dan masa depannya semakin cerah.
Sesungguhnya, ini mudah untuk dipahami. Namun, jika kita melakukan hal yang tidak bermoral, nilai moral kita akan perlahan-lahan menurun. Jadi, mari kita bersungguh hati menjaga pikiran masing-masing.
Penerjemah : Hendry, Karlena, Marlina, Stella (DAAI TV Indonesia)
Penyelaras : Khusnul Khotimah