Master Bercerita: Wanita yang Mendalami Dharma

Noda batin bagaikan sebuah simpul. Jika kita tidak membuka simpul ini, apa pun yang kita pelajari, kebijaksanaan kita tidak akan terbangkitkan. Jadi, yang terpenting ialah membuka pintu hati dan menghapus noda batin.

Seperti yang pernah saya katakan, dengan kebijaksanaan, kita belajar dan mencapai pencerahan; dengan kebodohan, kita hanya akan terperangkap dalam siklus kelahiran kembali.


Artinya, jika kita membangkitkan kebijaksanaan, apa pun yang kita pelajari, kita bisa memperoleh kebenaran darinya. Jika kita tidak menghapus noda batin, kebijaksanaan kita tidak akan terbangkitkan dan apa pun yang kita pelajari, kita akan terperangkap dalam siklus kelahiran kembali dan diliputi kerisauan.

Saya sering berkata bahwa memiliki pengetahuan saja tidaklah cukup. Meski kita memahami segala sesuatu di dunia ini, jika kita tak bisa mempraktikkannya dengan benar, itu malah akan menimbulkan banyak noda batin. Jadi, apa pun yang kita pelajari, kita harus terlebih dahulu menghapus noda batin serta menghadapi semua orang, hal, dan materi dengan kebijaksanaan yang murni.

Di sebuah vihara tua, tinggal lebih dari 100 bhiksu. Di sekitar vihara, ada seorang wanita yang merupakan umat Buddha yang taat. Agar bisa berdana dan mendalami Dharma, dia meminta kepala vihara itu untuk setiap hari mengutus seorang bhiksu pergi ke rumahnya guna menerima persembahan.

Setiap hari, kepala vihara mengutus seorang bhiksu pergi ke rumahnya untuk menerima persembahan. Usai menerima persembahan, bhiksu yang pergi juga harus berbagi Dharma dengan wanita itu.

 

Suatu hari, seorang bhiksu lansia diutus untuk pergi menerima persembahan. Bhiksu lansia itu sangat risau karena dia belum lama meninggalkan keduniawian. Dia sering mendengar sesama bhiksu berkata bahwa wanita itu tahu banyak tentang Dharma. Ini membuatnya semakin risau. Dharma apa yang harus dia bagikan? Dengan hati yang berat, dia berjalan menuju rumah wanita itu.

Dengan khidmat dan penuh harapan, wanita itu menyiapkan barang persembahan. Dia berdiri di depan pintu rumahnya dan melihat dari kejauhan, ada seorang bhiksu yang agung sedang berjalan ke arahnya. Dengan penuh rasa hormat dan sukacita, wanita itu berlutut untuk menyambut bhiksu lansia. Lalu, dia mempersilakan bhiksu itu duduk. Wanita itu pun memberikan persembahan dan bhiksu itu menerimanya.

 

Setelah itu, wanita itu duduk di atas lantai untuk menanti bhiksu lansia berbagi Dharma. Dengan penuh rasa hormat, dia mengarahkan pandangannya ke bawah.

Melihat kondisi wanita itu bagaikan bermeditasi, bhiksu lansia semakin risau. Karena itu, dia bergumam pelan, "Kebodohan dan ketidaktahuan menimbulkan kerisauan."

Mendengar ucapannya, wanita itu sangat tercengang. Ucapan bhiksu lansia yang sederhana menunjukkan kebenaran dalam 12 Sebab Musabab yang Saling Bergantungan pada wanita itu.

 

Melihat wanita itu seperti sedang bermeditasi, bhiksu lansia sangat takut serta segera berjingkat meninggalkan tempat duduknya dan kabur dari rumah wanita itu.

Setelah merenungkan kata-kata bhiksu lansia, wanita itu memahami kebenaran dan berhasil memasuki tingkat Srotapanna.

Dia sangat bersyukur dan ingin memberi persembahan pada bhiksu itu. Karena itu, dia segera berdiri dengan kepala tertunduk dan pergi mengambil sebuah jubah dari peti untuk dipersembahkan kepada bhiksu itu.

 

Namun, saat dia kembali, bhiksu itu sudah tidak ada di tempat. Dia mengira bahwa bhiksu itu memiliki kesaktian sehingga bisa menghilang dalam sekejap. Dia segera membawa jubah itu ke vihara tua dan menyampaikan kepada kepala vihara bahwa dia sangat bersyukur atas Dharma yang dibagikan bhiksu lansia itu dan ingin memberi persembahan.

Kepala vihara segera menyuruh seseorang untuk memanggil bhiksu lansia itu. Bhiksu lansia itu sungguh sangat risau. Namun, saat wanita itu berkata bahwa dia memperoleh kesejukan dan sukacita dalam Dharma serta sangat bersyukur karenanya, bhiksu lansia itu juga bersungguh hati merenungkan kembali ucapannya hingga akhirnya noda batinnya terhapus dan simpul batinnya terbuka.

Kisah ini mengajari kita bahwa dengan menghapus noda batin, kebijaksanaan kita akan terbangkitkan dan kita bisa mencapai pencerahan.

Wanita itu sudah lama menghapus noda batinnya. Dia sepenuh hati ingin mendalami Dharma. Karena itulah, kebijaksanaannya terbangkitkan. Meski demikian, dia belum mencapai pencerahan.

Bhiksu lansia itu sepertinya berjodoh dengan wanita itu sehingga ucapannya yang tak disengaja dapat menginspirasi wanita itu. Bhiksu lansia sangat risau sehingga bergumam tentang kebodohan dan ketidaktahuan diri sendiri. Dia memahami kondisi batin diri sendiri yang tengah dilanda kerisauan. Dia dengan jujur berkata bahwa dia diliputi kebodohan dan ketidaktahuan sehingga sangat risau. Itu merupakan isi hatinya.

Lihatlah, saat seseorang mencurahkan isi hatinya, orang lain yang mendengarnya mungkin bisa memperoleh manfaat. Kebijaksanaan yang telah terbangkitkan membuat orang-orang bisa memahami kebenaran.

 

Bagi orang yang diliputi kebodohan, meski mempelajari Dharma yang luar biasa setiap hari, Dharma yang mereka pelajari hanya akan berkembang menjadi pengetahuan jika noda batin mereka tidak dihapus. Pengetahuan bisa mendatangkan rintangan batin. Semakin banyak rintangan batin, semakin banyak pula noda batin yang membuat kita terperangkap dalam siklus kelahiran kembali.

Jadi, dengan kebodohan, kita akan terperangkap dalam siklus kelahiran kembali. Karena itu, kita harus menjaga kemurnian hati serta membuka pintu hati dan menghapus noda batin setiap hari. Jangan menyimpan hal-hal yang rumit di dalam hati. Menjalani kehidupan dengan hati yang murni, ini termasuk cara untuk menghapus noda batin.

Sumber: Program Master Cheng Yen Bercerita (DAAI TV)
Penerjemah : Hendry, Karlena, Marlina, Stella (DAAI TV Indonesia)
Penyelaras : Khusnul Khotimah
Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -