Master Cheng Yen Bercerita: Menolong Ikan Emas

Kita harus melindungi jiwa kebijaksanaan dan jangan melupakan cinta kasih kita. Kita harus menghargai semua kehidupan dan jangan melukai welas asih kita. Untuk membina cinta kasih dan welas asih dalam diri, kita harus melindungi kebijaksaaan diri. Jiwa kebijaksanaan sangat penting. Dengan memiliki kebijaksanaan maka secara alami hati kita akan sangat lapang. Ketenteraman setiap orang merupakan ketenteraman bagi kita. Kebahagiaan orang lain juga merupakan kebahagiaan kita. Jadi, saat melihat keberhasilan dan kebahagiaan orang lain, kita hendaknya juga turut merasa gembira.

Dengan menghargai kehidupan maka welas asih kita tidak akan terluka. Kita hendaknya selalu membangkitkan rasa cinta kasih. Kita juga harus menghargai semua kehidupan karena semua makhluk pada dasarnya memiliki hakikat Kebuddhaan. Semua kehidupan memiliki hakikat yang setara dengan manusia. Dengan mengasihi semua makhluk maka welas asih kita tidak akan terlupakan. Cinta kasih dan welas asih adalah kebijaksanaan, sedangkan welas asih menumbuhkan berkah. Seperti cerita di bawah ini:

Ada seorang pelajar bernama Qu Shi. Suatu hari, dia pergi berjalan-jalan. Saat berjalan hingga ke tepi muara, dia melihat seorang nelayan yang sedang menangkap seekor ikan mas berwarna merah. Dia melihat sepasang mata ikan itu sangat besar. Kemana pun dia bergerak, mata ikan itu terus mengikutinya. Karena merasa tidak tega, dia bertanya kepada nelayan itu, "Apakah kamu akan menjual ikan ini”?

"Ya, saya akan menjualnya,” jawab si nelayan.

"Jika begitu, saya akan membelinya,” kata Qu Shi.

Setelah membayarnya, Qu Shi segera melepaskan ikan itu ke sungai. Melihat ikan itu berenang menjauh dengan gembira menuju laut, Qu Shi juga merasa sangat gembira. Setelah itu, dia pulang ke rumah. Pada malam harinya, dia bermimpi seorang anak muda berpakaian warna merah datang memberi hormat padanya dan berterima kasih padanya. Anak muda itu terlihat sangat gembira. Ia juga mengundang Qu Shi ke rumahnya. Qu Shi mengikuti anak muda itu pergi ke dalam laut. Lalu, tibalah mereka di istana laut.

Di dalam istana itu terdapat banyak barang pusaka. Di sana, Raja Naga menyambutnya dengan penuh rasa hormat. Di sana dia dijamu makan. Raja Naga berkata padanya, "Saya sangat berterima kasih padamu karena telah menyelamatkan putra saya. Kamu memiliki cinta kasih untuk melindungi kehidupan. Saya akan menambahkan usiamu sebanyak 12 tahun.” Qu Shi pun terbangun. Tahun itu, dia berusia 48 tahun. Setelah itu, dia pergi diramal. Sang peramal berkata padanya, "Aneh sekali. Menurut waktu kelahiran, seharusnya Anda tutup usia tahun ini. Namun, sekarang telah berubah. Saya tidak dapat memberi tahu kepastiannya,” kata sang peramal. Demikianlah dia hidup sehat dan tenteram hingga meninggal dunia di usia 60 tahun. Usianya sungguh bertambah 12 tahun. Inilah buah karma yang dituainya pada satu kehidupan yang sama.

Di dalam kehidupan ini, selama sesuatu itu baik dan benar maka lakukan saja. Setelah melakukan suatu kebaikan, kita akan merasa gembira. Saat tiba-tiba terjadi hal yang tidak diinginkan, kita akan dipenuhi berkah sehingga dapat terhindar dari bahaya ataupun penyakit parah. Kita dapat terhindar dari ancaman. Kita sering mengulas tentang sumbangsih tanpa pamrih. Dengan memiliki hati penuh syukur dan cinta kasih maka kita akan dipenuhi berkah. Buah karma akibat membunuh sangatlah berat. Menangkap ikan dapat melukai welas asih. Ikan yang meninggalkan air bagaikan manusia yang kekurangan oksigen. Itu sangatlah menderita.

Qu Shi kebetulan melewati tempat itu dan melihat ikan itu ditangkap. Dia tidak tega melihat ikan itu. Meski terlahir dalam tubuh ikan, tetapi ia tetap memiliki kehidupan. Sepasang mata ikan itu terus melihatnya seperti sedang meminta pertolongan. Dengan kebijaksanaan yang penuh cinta kasih dan welas asih, dia dapat memahami bahwa semua kehidupan adalah setara. Inilah cinta kasih yang bijaksana. Karena itu, kita harus senantiasa melindungi cinta kasih dan welas asih kita agar dapat menumbuhkan jiwa kebijaksanaan dan berkah kita. Namun, ingatlah bahwa ini bukan berarti kita sengaja mencari kesempatan. Saat melihat suatu hal yang baik dan benar, maka kita harus melakukannya. Ini berarti kita tengah menanam benin berkah.

Gambar: Program Master Cheng Yen Bercerita (DAAI TV Indonesia).

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina.
Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -