Memohon Panjang Umur
Dalam keseharian, kita berhadapan dengan banyak hal. Dalam menghadapi segala sesuatu, kita harus mengamati jalinan jodoh. Saat bersikap baik terhadap orang, berarti kita tengah menjalin jodoh baik. Dengan demikian, secara alami, orang juga akan bersikap baik pada kita dan merasa gembira saat berinteraksi dengan kita. Ini dapat membangun citra seseorang.
Dalam menghadapi segala sesuatu, kita harus mengamati jalinan jodoh. Benih karma dan jalinan jodoh bergantung pada perbuatan kita dalam kehidupan sehari-hari. Pada zaman Buddha hidup, di Rajagrha ada seorang tetua yang memiliki seorang anak laki-laki berusia 6 tahun. Tetua ini sangat menyayangi anaknya. Dia berharap anaknya dapat bertumbuh besar dengan aman dan sehat.
Suatu hari, seorang peramal melihat anak ini. Peramal itu berkata, "Anak Anda ini sangat penuh berkah, tetapi sayangnya pendek umur." Sejak saat itu, tetua sangat khawatir setiap hari. Dia membawa anaknya ke berbagai tempat untuk meminta pertolongan. "Siapa yang dapat memperpanjang usia anak saya?"
Mendengar permohonannya, para praktisi brahmana menggelengkan kepala dan berkata, "Tidak ada cara. Tidak ada orang yang dapat memperpanjang usia seseorang. Ini hal yang tidak mungkin." Tetua itu pun pergi ke vihara untuk memohon kepada Buddha.
Buddha berkata, "Tidak ada seorang pun yang dapat menentukan panjang atau pendeknya usia seseorang. Panjang atau pendeknya usia bergantung pada diri sendiri." Tetua itu berkata, "Saya adalah ayahnya. Apa yang dapat saya lakukan untuk anak saya?"
Buddha berkata, "Di luar kota, ada banyak orang yang hidup kekurangan. Engkau dan anakmu dapat membantu mereka dengan hati penuh sukacita. Saat bertemu dengan orang di sana, engkau harus membungkukkan badan dengan penuh rasa hormat sehingga saat melihatmu, orang-orang itu juga menaruh rasa hormat."
Di sana sungguh ada banyak orang yang hidup kekurangan. Dia mengingat-ingat tujuannya untuk memohon usia dan berkah bagi anaknya. Dengan sepenuh hati, dia mengajarkan anaknya untuk bersumbangsih dan memberi hormat kepada orang yang hidup kekurangan. Terhadap semua orang yang lewat, mereka membungkukkan badan dengan penuh rasa hormat.
Orang-orang membalas budi mereka dengan cara mendoakan mereka. Para penerima bantuan mendoakan mereka semoga panjang umur dan penuh berkah. Demikianlah kegiatan memberi bantuan ini menjadi kegiatan yang paling menggembirakan bagi sepasang ayah dan anak ini.
Suatu hari, ada banyak orang di sana. Ayah dan anak ini tetap membungkukkan badan dan berdoa bagi semua orang. Salah seorang warga di sana berkata, "Saya juga mendoakanmu semoga panjang umur dan penuh berkah." Setelah berjalan pergi, orang itu berbalik dan berkata, "Saya datang untuk mencabut nyawa anak ini."
Orang ini dalah setan pencabut nyawa. Dia memegang prinsip untuk melakukan apa yang sudah dikatakannya. Akan tetapi, dia sudah mendoakan anak tersebut agar panjang umur dan penuh berkah. "Bagaimana saya dapat mencabut nyawanya sekarang?" "Sudahlah, lepaskan saja dia."
Demikianlah anak itu tumbuh besar dengan selamat dan panjang umur. Tetua itu mengikuti ajaran Buddha untuk bersumbangsih dengan penuh sukacita dan membangkitkan rasa hormat kepada orang-orang. Selain menerima doa dari setan pencabut nyawa, tetua itu dan anaknya juga menjadi orang yang sangat gemar bersumbangsih dan senantiasa mendoakan orang.
Anaknya hidup panjang umur karena menerima doa dari banyak orang. Inilah jalinan jodoh. Selain menjalin hubungan yang baik dengan orang, kita juga harus bertindak sesuai prinsip kebenaran. Sulit untuk terlahir sebagai manusia dan sulit untuk mendengar ajaran Buddha. Apa pun yang dilakukan, semuanya harus sesuai prinsip kebenaran.
Setiap ucapan, pikiran, dan perbuatan kita, semuanya bersentuhan dengan kondisi luar sehingga terciptalah karma baik atau buruk. Inilah Dharma. Di dunia ini, ada ajaran baik dan ada ajaran tidak baik. Kita harus mendalami ajaran baik. Namun, di dunia ini, ada banyak ajaran tidak baik yang mengganggu pikiran kita.
Ajaran tidak baik ini muncul karena perbuatan buruk manusia. Saat melihat sesuatu, ketamakan pun timbul di dalam hati kita. Akibat bangkitnya nafsu keinginan dan ketamakan, kita melakukan banyak hal yang mendatangkan kerusakan demi mendapatkan apa yang diinginkan. Apakah begini sudah cukup? Tidak. Pikiran yang bergejolak mendorong kita melakukan tindakan jahat yang memicu datangnya bencana. Ini merupakan sebuah siklus.
Karena itu, kita harus mengamati jalinan jodoh dan prinsip kebenaran yang tersirat di dalamnya. Segala sesuatu di dunia mengandung prinsip kebenaran. Karena itu, kita harus bersungguh hati. Di dalam kehidupan sehari-hari, kita harus bersungguh hati mendalami Dharma. Janganlah berpikir kita cukup melakukan kebaikan saja. Itu tidaklah cukup.
Kita harus memahami ajaran Buddha. Setelah memahami ajaran Buddha, barulah kita dapat hidup bebas dari noda batin dan penuh sukacita. Kita hendaknya terjun ke tengah masyarakat untuk bersumbangsih. Setelah bersumbangsih, kita akan memperoleh sukacita dan kerelaan untuk menjangkau semua orang dengan cinta kasih yang setara. Inilah prinsip kebenaran yang harus kita pahami di tengah umat manusia. Ini sangatlah penting.