Menantu Berbakti di Donghai
Pemanasan global dan efek rumah kaca menyebabkan kondisi iklim tidak selaras. Hal ini sungguh mengkhawatirkan. Menurut analisa ilmuawan, cara terbaik untuk meredam pemanasan global adalah menghargai makanan dalam keseharian. Manusia sering menyiapkan banyak makanan, tetapi tidak menghabiskannya. Akibatnya, makanan-makanan itu terbuang sia-sia.
Di negara makmur, banyak keluarga berada yang hidup boros. Jika ada sayur dan buah-buahan yang kulit luarnya tidak terlalu cantik, mereka akan membuangnya. Orang zaman dahulu berkata bahwa sikap seperti ini adalah pemborosan. Selain itu, ada pula ungkapan yang berbunyi bahwa jika terus membuang makanan seperti itu, maka kelak akan terjadi bencana kelaparan.
Orang zaman dahulu berkata bahwa langit melihat segala perbuatan kita. Alam memerhatikan kita. Ia melihat bagaimana pola hidup manusia dan bagaimana cara manusia melindungi Bumi. Saya sering berkata bahwa kita harus meningkatkan kewaspadaan. Kita harus meneladani moralitas orang zaman dahulu dan menghormati hukum alam.
Pada zaman Dinasti Han, di Donghai ada seorang menantu yang sangat berbakti. Beberapa tahun setelah menikah, suaminya meninggal dunia. Dia melayani mertuanya dengan baik. Sang mertua juga menganggapnya sebagai putri sendiri. Melihatnya masih begitu muda, sang mertua mendukungnya untuk menikah lagi. Akan tetapi, sang menantu menolak karena dia ingin menemani mertuanya. Karena berpikir dirinya adalah penghalang, sang mertua memutuskan untuk mengakhiri hidup.
Mengetahuinya, putri mertua pun pulang ke rumah. Dia berpikir ibunya mengakhiri hidup karena sang kakak ipar menindas ibunya. Dia melaporkannya ke pejabat setempat. Pejabat setempat menjatuhkan hukuman mati kepada si menantu. Sejak itu, Donghai tidak turun hujan selama 3 tahun. Akibatnya, terjadilah kekeringan parah yang menyebabkan rakyat tidak dapat bercocok tanam. Seluruh Donghai dilanda kekeringan parah. Mengapa kondisi iklim sedemikian ekstrem?
Kemudian, datanglah seorang pejabat baru. Pejabat baru ini adalah pejabat yang jujur. Dia melihat kehidupan rakyat yang sangat menderita akibat kekeringan. Dia lalu mencari cara untuk membantu. Dia mendengar orang-orang membahas apa yang terjadi pada seorang menantu yang berbakti. Pejabat itu pun meninjau ulang kasus tersebut. Dia melakukan investigasi dan mengambil keputusan dengan sepenuh hati.
Tidak ada orang yang tidak mengenal menantu tersebut. Orang-orang juga sangat memujinya. Mana mungkin dia menindas mertuanya. Akhirnya, dia mengetahui bahwa menantu itu difitnah. Pejabat itu mengadakan upacara persembahan dan membuat sebuah batu peringatan untuk mengenang menantu tersebut. Banyak orang di wilayah itu yang menghadiri upacara tersebut.
Secara menakjubkan, cuaca yang panas mulai mendung dan turun hujan. Setiap orang sangat gembira dan bersyukur. Pejabat baru yang jujur itu membantu mengembalikan nama baik dan menyebarluaskan kebajikan menantu tersebut. Jalan kebajikan ini kembali terbentang lurus sehingga dapat ditapaki oleh orang-orang. Karena itulah, kondisi iklim kembali bersahabat. Di Donghai beredar rumor bahwa tiga tahun itu tidak turun hujan karena menantu itu difitnah. Bahkan langit juga tidak mengizinkan seseorang diperlakukan secara tidak adil.
Kondisi iklim yang tidak selaras sesungguhnya disebabkan oleh pikiran manusia. Bukankah ini yang terjadi di zaman sekarang? Karena itu, kita harus saling kembali membangun kepercayaan dan saling memuji. Kita harus berbagi kebenaran kepada lebih banyak orang agar kehidupan masyarakat dapat harmonis dan bencana di dunia dapat berkurang.
Kita dapat melihat di Taiwan, para staf dari Rumah Sakit Tzu Chi menjangkau wilayah pedesaan untuk melakukan penyuluhan kesehatan bagi lansia. Para staf kita berbagi dengan mereka tentang pola hidup yang sehat serta mengajarkan warga bagaimana cara mendampingi lansia. Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya. Inilah yang harus dilakukan oleh umat manusia.