Si Bijak dan Si Bodoh

Pada masa Buddha hidup, pada saat Beliau memberi bimbingan, ada murid-Nya yang sangat bersungguh hati meyakini ajaran Buddha. Meski begitu, ada sekelompok kecil murid yang enggan mengikuti ajaran Buddha untuk melenyapkan noda batin dan ketamakan. Yang paling enggan menerima ajaran Buddha dan sering memecah belah Sangha adalah Devadatta.

Devadatta adalah adik sepupu Buddha. Dia sangat pandai, tetapi sangat gegabah dan angkuh. Dia membujuk hampir 500 orang bhiksu untuk mengikutinya serta membawa mereka meninggalkan kelompok Sangha. Melihat Sangha yang dipimpin Devadatta mulai menyimpang dari jalan kebenaran, Buddha merasa tidak tega. Karena itu, Buddha meminta Maudgalyayana dan Sariputra untuk membawa mereka kembali ke jalan yang benar.

Sariputra lalu menggunakan kebijaksanaannya untuk berbagi filosofi Buddha dengan mereka. 500 bhiksu itu akhirnya tersadarkan. Mereka pulang bersama Sariputra dan bertobat di hadapan Buddha. Mereka berkata kepada Buddha, "Yang Dijunjung, kebijaksanaan unggul dan kekuatan batin yang dimiliki Sariputra dan Maudgalyayana bagai memancarkan sinar. Sinar yang terpancar dari dalam diri mereka bagai membangunkan kami dari kegelapan. Dua orang tetua ini sungguh merupakan teladan bagi kami."

doc tzu chi

Buddha menjawab, "Sesungguhnya, Sariputra dan Maudgalyayana bukan hanya membimbing orang dengan kebijaksanaan dan kekuatan batin pada saat menjadi manusia. Saat terlahir di alam binatang, mereka juga berusaha membimbing makhluk lain di alam binatang."

Di sebuah hutan ada seekor raja rusa. Raja rusa memiliki dua orang anak. Mereka masing-masing bernama Lakkhana dan Kala. Suatu hari, raja rusa berkata kepada kedua anaknya, "Aku berharap kalian dapat memimpin kawanan rusa di sini. Kawanan rusa akan dibagi menjadi dua kelompok." Kedua anak ini menerima keputusan sang ayah. Masing-masing dari mereka memimpin 500 ekor rusa dan melewati hidup dengan tenteram.

Berhubung sudah mendekati masa panen, para petani khawatir banyak binatang liar akan merusak tanaman mereka. Karena itu, petani memasang banyak perangkap. Raja rusa memberi tahu kedua anaknya, "Kalian harus segera pimpin kawanan rusa pergi ke hutan pedalaman. Namun, untuk masuk ke hutan pedalaman, kalian harus sangat berhati-hati. Kalian harus menggunakan kebijaksanaan dan kesungguhan hati dalam memimpin kawanan rusa."

doc tzu chi

Dengan tergesa-gesa, Kala memimpin  kawanan rusanya menuju hutan pedalaman. Mereka melakukan perjalanan sepanjang siang dan malam. Mereka tak memperhatikan waktu. Mereka juga tak memperhatikan arah.

Di sisi lain, Lakkhana sangat memperhatikan masa-masa adanya pemburu. Saat ada pemburu, mereka akan menghindar. Mereka melakukan perjalanan saat kondisi sudah aman. Ia juga memperhatikan tempat yang dipasangi perangkap. Ia memimpin kawanan rusanya melewati jalan yang aman.

Saat mereka tiba di hutan pedalaman, Lakkhana menghitung jumlah kawanan rusanya. Semuanya lengkap dan tidak ada yang terluka. Mereka tinggal di sana hingga masa panen lewat. Lakkhana dan kawanannya pun kembali ke hutan mereka sebelumnya. 500 ekor rusa kembali dengan selamat.

Sementara itu, saat Kala memimpin kawanan rusanya pulang, mereka malah tertangkap oleh pemburu, juga masuk ke dalam perangkap. Hanya Kala yang pulang dengan selamat. Raja rusa berkata, "Sebagai pemimpin, yang terpenting adalah harus tahu jalan mana yang harus ditempuh, kapan harus melakukan perjalanan, dan jalan mana yang harus dihindari. Harus memiliki kebijaksanaan untuk menganalisis, baru dapat menjadi pemimpin."

doc tzu chi

Lakkhana telah mengembangkan kebijaksanaannya, sedangkan Kala penuh kebodohan. Bercerita sampai di sini, Buddha berkata kepada para murid-Nya, "Tahukah kalian? Lakkhana pada saat itu adalah Sariputra yang sekarang dan Kala adalah Devadatta yang sekarang.

Meski Devadatta sangat pandai, tetapi dia sangat tergesa-gesa sehingga kurang menggunakan kebijaksanaan. Sementara itu, Sariputra memiliki kebijaksanaan sehingga dapat tetap tenang dan melenyapkan kegelapan batin. Cahaya kebijaksanaannya telah menyempurnakan pahalanya.

Setelah mendengar kisah ini, kita dapat menyadari pentingnya menapaki jalan yang benar. Kita sering mendengar orang berkata bahwa manusia harus memiliki prinsip kebenaran yang menunjukkan jalan dan memberikan cara kepada kita. Sebagai manusia, kita harus tahu untuk menapaki jalan yang benar. Buddha mengajarkan kepada kita untuk menapaki jalan kebenaran tanpa menyimpang sedikit pun.

Editor: Khusnul Khotimah   

Dengan keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -