Aula Jing Si Indonesia

Sejak berkiprah di Indonesia pada tahun 1993, insan Tzu Chi selalu terlebih dahulu memberi bantuan kepada orang lain, membangun sekolah juga rumah. Setelah segala hal ini dilakukan, baru kemudian Tzu Chi Indonesia membangun "rumah" baginya sendiri. Dalam kurun waktu 19 tahun (dari 1993 hingga 2012), 4 misi utama dan 8 jejak langkah dijalankan para relawan Tzu Chi dari belahan barat hingga ke timur Indonesia, dari Aceh hingga Papua.

Semua usaha ini telah membangkitkan cinta kasih masyarakat Indonesia yang berasal dari suku, agama, ras, dan latar belakang yang berbeda-beda. Berbagai perkembangan dari jumlah relawan dan kegiatan, maka muncul kebutuhan untuk memiliki ruang yang lebih representatif dan akomodatif bagi jaringan cinta kasih yang semakin meluas. Karena itu, Tzu Chi Indonesia pun mendirikan sebuah pusat kegiatan baru yaitu Aula Jing Si (komplek Tzu Chi) yang berlokasi di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.

Peletakan batu pertama bagi bangunan ini dilakukan pada tanggal 10 Mei 2009, bersamaan dengan Peringatan Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia tahun 2009. Berdiri di areal seluas 10 hektar, bangunan utama Aula Jing Si ini terdiri dari 8 lantai, dan menjadi pusat kegiatan Tzu Chi Indonesia, mencakup kantor yayasan, studio DAAI TV, pusat pengembangan empat misi Tzu Chi, serta pusat pendidikan dan bimbingan bagi masyarakat.

Setelah hampir tiga tahun masa pembangunan, akhirnya pada tanggal 7 Oktober 2012 Aula Jing Si Indonesia diresmikan penggunaannya oleh Menko Kesra RI Agung Laksono. Acara ini juga dihadiri oleh para pejabat pemerintahan lainnya, para pemuka agama, dan tokoh masyarakat. Lebih dari 5.000 orang, baik relawan maupun masyarakat umum ikut menghadiri momen bersejarah ini, termasuk para relawan Tzu Chi dari luar negeri, seperti Amerika Serikat, Filipina, Jepang, Malaysia, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Tiongkok.

Sebagai bentuk kesungguhan hati untuk menjaga dan mendalami ajaran Jing Si, dalam kesempatan itu para relawan juga berikrar untuk menyebarluaskan Tzu Chi ke seluruh pelosok Indonesia, selamanya terus berjalan di jalan Tzu Chi, dan setia di Jalan Bodhisatwa. Berdirinya Aula Jing Si di Indonesia ini diharapkan dapat menghadirkan semangat pengabdian diri yang penuh welas asih dari para insan Tzu Chi.

Master Cheng Yen berharap Aula Jingsi bisa menjadi tempat "pembabaran Dharma tanpa suara", serta dapat merekam dan mewariskan jejak cinta kasih Tzu Chi kepada generasi masa depan.

Selain di Jakarta, Aula Jing Si juga ada di kota di Batam, Medan, Bandung, dan menyusul Kota Pekanbaru.


Mewariskan Semangat Tzu Chi

Seperti kata Master Cheng Yen, "Pembangunan Aula Jing Si bertujuan untuk melindungi dan melestarikan semangat ajaran Buddha, dan sekaligus merupakan implementasi ajaran itu sendiri." Master Cheng Yen juga berharap keberadaan Aula Jing Si dapat mewariskan semangat Tzu Chi bagi generasi masa depan.

Dua huruf "Jing Si" (dalam bahasa Mandarin) memiliki arti "Jing" berarti tidak tergoyahkan, sebuah kondisi yang sangat tenang. "Si" berarti berpikir atau merenung. Maka Jing Si berarti dengan hati yang tenang memikirkan permasalahan kehidupan.

Master Cheng Yen berkata demi mewujudkan masyarakat yang sejahtera dibutuhkan "Jing Si" karena banyak orang bertindak tanpa berpikir, sehingga mereka mudah terpengaruh oleh perkataan orang lain, mengikuti arus dengan mata tertutup, mengakibatkan kekacauan di masyarakat. Jika kita bisa melihat segala sesuatu di dunia ini dengan "Jing Si" maka bisa terlihat keindahan dan kebajikan sifat manusia dan semua makhluk yang sesungguhnya.


Karakteristik Bangunan Aula Jing Si

Atap Aula Jing Si berbentuk karakter mandarin "Ren" ? yang berarti manusia, bermakna kita sebagai manusia adalah makhluk sosial yang harus saling mendukung dan saling membutuhkan.

Terdapat 3 buah nok di bagian atap melambangkan Buddha, Dharma, dan Sangha. Lalu, 4 buah pilar penyangga di bagian depan melambangkan 4 misi utama Tzu Chi: amal, kesehatan, pendidikan, dan budaya humanis. Eksterior seluruh gedung dilapisi oleh batu sikat (batu-batu kecil), simbol bahwa gedung ini merupakan perwujudan kumpulan cinta kasih banyak insan.

Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -