Tentang Tzu Chi Indonesia

Benih Tzu Chi masuk ke Indonesia pada tahun 1993, ketika Liang Cheung, seorang relawan Tzu Chi Taiwan, datang ke Indonesia mendampingi suaminya. Di sini ia berkenalan dengan istri dari pengusaha Taiwan. Liang Cheung kemudian mengajak mereka berpartisipasi menjadi donatur Tzu Chi. Lama-kelamaan, setelah mengamati penderitaan masyarakat di sekitarnya, para ibu rumah tangga ini berpikir, "Mengapa kita tidak melakukan kegiatan sosial di sini, di Indonesia?"

Pada tahun 1994, para ibu ini berkunjung ke Hualien, Taiwan untuk menemui Master Cheng Yen. Di sana mereka memohon restu untuk secara resmi mendirikan Tzu Chi di Indonesia. Saat itu Master Cheng Yen berpesan, "Bagi yang mencari nafkah di negeri orang, harus memanfaatkan potensi setempat, dan berkontribusi bagi penduduk setempat." Demikianlah para istri ekspatriat Taiwan ini membuka lahan cinta kasih di Indonesia. Hingga kini, meski berlabel yayasan Buddha, namun para donatur dan relawan Tzu Chi berasal dari berbagai agama. Begitu pun dalam setiap kegiatannya, tidak pernah memandang suku, agama, ras, dan golongan.

Setelah tiga tahun lebih menjalankan misi-misi Tzu Chi di Indonesia, pada tanggal 28 September 1997, Master Cheng Yen memberikan patung Buddha Avalokitesvara sebagai simbol pengakuan terhadap Tzu Chi Indonesia. Tanggal itu kemudian ditetapkan sebagai Hari Tzu Chi Indonesia.

Dimulai dari Jakarta, benih-benih Tzu Chi terus berkembang. Kini Tzu Chi Indonesia telah memiliki kantor cabang/kantor penghubung di 18 kota di Indonesia.


Bersumbangsih untuk Sesama

Sejak tahun 1993, relawan Tzu Chi sudah mulai bersumbangsih pada masyarakat di sekitar mereka. April 1994, Tzu Chi Indonesia mulai mengunjungi panti jompo secara rutin. Juli 1994, Tzu Chi mulai memberikan bantuan bencana berupa lampu petromaks pada korban bencana tsunami di Jawa Timur. Bulan Desember 1994 saat Gunung Merapi di Jawa Tengah meletus, Tzu Chi memberi bantuan kebutuhan hidup dan juga perumahan.


Dalam perjalanannya, bantuan yang diberikan semakin bervariatif, mulai dari pemberian beasiswa pada siswa SDN Jembatan Baru, Jakarta Utara, bantuan kepada pasien penanganan khusus yang pertama, Ferry yang menderita rakhitis, hingga program pemberantasan TBC di Tangerang. Sejak tahun 2000, perkembangan Tzu Chi Indonesia semakin nyata dengan sumbangsih dalam koridor 4 misi utama.


Cinta Kasih Terus Bergulir

Banjir besar Jakarta awal tahun 2002 melatarbelakangi serangkaian program jangka panjang berskala besar. Pada Maret 2002, Tzu Chi membersihkan Kali Angke dan Kali Ciliwung. Kemudian pada Juli 2002, dimulai pembangunan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi bagi warga bantaran Kali Angke yang tinggal di daerah kumuh dan menjadi korban banjir.

Perumahan Cinta Kasih di Cengkareng, Jakarta Barat ini diresmikan Presiden Megawati Soekarno Putri tanggal 25 Agustus 2003, dan lengkap dengan poliklinik, sekolah, balai warga, musala, dan pusat daur ulang.


Sepanjang tahun 2003, Tzu Chi Indonesia disibukkan dengan pembagian 50.000 ton beras cinta kasih kepada masyarakat Indonesia yang membutuhkan. Berangkat dari beras, Tzu Chi sembari menyebarkan filosofi cinta kasih universal. Di berbagai kota, mulai muncul orang-orang yang bersedia menjadi relawan, bahkan di beberapa kota terbentuk kantor penghubung Tzu Chi.

Hingga saat ini ada 18 Kantor Penghubung/Perwakilan Tzu Chi di Indonesia, seperti Tangerang, Bandung, Surabaya, Bali, Lampung, Palembang, Padang, Medan, Tebing Tinggi, Pekanbaru, Batam, Tanjung Balai Karimun, Tanjung Pinang, Makassar, Manado, Singkawang, dan Biak.


Jejak Langkah Perjalanan Tzu Chi di Indonesia

Giat menanam kebajikan akan menghapus malapetaka. Menyucikan hati sendiri akan mendatangkan keselamatan dan kesejahteraan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -